Analisis

Setengah Persen Lagi! Detik-detik IHSG Pecah Rekor Tertinggi

Putra, CNBC Indonesia
Rabu, 27/10/2021 06:24 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air seolah belum kehabisan 'bensin' untuk menguat. Pada perdagangan Selasa kemarin (26/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses finis ke zona hijau dengan penguatan 0,47% ke level 6.656,94.

Secara historis, level penutupan IHSG tertinggi dalam sejarah pernah tercatat di bulan Februari 2018. Level all time high (ATH), IHSG saat itu berada di 6.693,46. Artinya untuk kembali menyamai level tersebut IHSG butuh menguat 0,55% lagi.

Jika melihat berbagai sentimen yang ada baik dari domestik maupun global, sejatinya peluang IHSG untuk berhasil memecahkan rekor sangat terbuka lebar.


Sentimen eksternal yang bisa menjadi katalis positif bagi IHSG adalah kinerja saham di bursa Wall Street AS yang ciamik bahkan indeks raksasa Dow Jones baru saja menembus level tertinggi sepanjang masanya.

Perlu diketahui bahwa saat ini momentumnya adalah rilis laporan keuangan emiten-emiten di Bursa New York.

Sejauh ini laba emiten saham yang melantai di AS masih positif sehingga mendorong kinerja tiga indeks acuan saham Paman Sam mampu menguat.

Kemudian sentimen kedua adalah commodity boom. Sebagai salah satu negara eksportir komoditas terbesar di dunia, Indonesia tentu sangatlah diuntungkan.

Kinerja ekspor yang tumbuh positif sepanjang tahun 2021 didukung oleh permintaan dan kenaikan harga komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) membuat neraca perdagangan RI surplus besar-besaran.

Hingga periode September 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang RI tembus US$25 miliar. Asumsi kurs Rp 14.200/US$ maka cuan dari perdagangan internasional Indonesia mencapai Rp 355 triliun.

Surplus tersebut mampu membuat nilai tukar rupiah menjadi stabil di pasar. Di arena pasar spot rupiah cenderung stabil bergerak di rentang Rp 14.100/US$ - Rp 14.250/US$. Masih berada di level fundamental-nya jika mengacu pada perhitungan Bank Indonesia (BI).

Rupiah yang stabil berarti risiko bagi investor asing untuk berinvestasi di aset-aset keuangan dalam negeri menjadi minimal. Hal ini tentu saja akan menarik minat asing yang masih banjir likuiditas memarkirkan uangnya ke Indonesia yang menawarkan imbal hasil menarik.

Prospek ekonomi Indonesia yang diharapkan dapat segera bangkit dengan tren penurunan kasus Covid-19 harian yang konsisten di bawah 1.000 sejak awal Oktober 2021 membuat investor asing semakin melirik saham-saham di Indonesia.

Data perdagangan mencatat, sepanjang tahun berjalan pasar saham domestik mendapatkan inflow dari asing mencapai Rp 31,23 triliun di seluruh pasar (baik pasar reguler maupun tunai dan negosiasi).

Memang saham-saham bank yang masih banyak diburu asing karena memang industri keuangan menjadi proxy bagi pemulihan ekonomi. Di sisi lain saham bank yang memberikan kinerja positif juga turut mengangkat kinerja indeks mengingat bobotnya yang besar.

Katalis lain untuk IHSG juga berasal dari berbagai aksi korporasi di industri perbankan, telekomunikasi hingga teknologi lewat rights issue (penerbitan saham baru) maupun listing start up yang bervaluasi besar seperti kasus start up unicorn PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

Terakhir faktor yang bisa mendorong IHSG untuk kembali ke level ATH adalah faktor musiman (cyclicality). Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, IHSG punya peluang menguat sebesar 65% dengan median imbal hasil bulanan mencapai 1,9%.

Melihat sentimen-sentimen positif di atas sepertinya detik-detik IHSG memecahkan rekor tertinggi sepanjang masanya sudah benar-benar di depan mata.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat