
Erdogan Batal Usir 10 Dubes, Kurs Lira Masih Terpuruk?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melunak terhadap 10 duta besar (dubes) negara-negara Barat. Alhasil, kurs lira sedikit lebih stabil pada perdagangan Selasa (26/10).
Akhir pekan lalu, Erdogan mengusir 10 duta besar negara-negara barat, termasuk Amerika Serikat.
Selain Amerika Serikat, 9 duta besar lainnya yakni dari Kanada, Denmark, Prancis, German, Belanda, Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Selandia Baru.
"Saya memerintahkan kepada Menteri Luar Negeri dan mengatakan apa yang harus dilakukan: 10 duta besar ini harus dinyatakan persona non grata (tidak diinginkan). Anda akan segera menyelesaikannya," kata Erdogan dalam pidatonya di kota barat laut Turki, Eskisehir, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (24/10).
Akar permasalahannya yakni seluruh duta besar tersebut pada 18 Oktober memberikan pernyataan bersama meminta Turki melepaskan Osman Kavala.
Kavala disebut sebagai seorang filantropis yang sudah ditahan selama 4 tahun. Ia dituduh mendanai aksi demo besar pada tahun 2013, serta terlibat dalam kudeta yang gagal pada tahun 2016. Kavala sudah membantah semua keterlibatan tersebut.
"Mereka akan tahu dan mengerti Turki. Ketika mereka tidak tahu dan mengerti mengenai Turki, mereka akan pergi," katanya yang disambut sorak-sorai penonton.
Akibat pernyataannya tersebut, kurs lira kemarin kembali merosot nyaris 3% ke 9,8545/US$, yang merupakan level terlemah sepanjang sejarah.
![]() |
Namun, setelahnya lira sukses rebound dan mengakhiri perdagangan nyaris stagnan di 9,5811/US$. Sementara pada perdagangan hari ini, Selasa (26/10), pukul 14:30 WIB menguat 0,7% di 9,5147/US$ melansir data Refinitiv.
Penyebabnya, sikap Erdogan yang melunak, dan batal mengusir pada dubes.
"Kami percaya bahwa para duta besar ini, yang telah memenuhi komitmen mereka terhadap Pasal 41 Konvensi Wina, mereka akan lebih berhati-hati sekarang," ujar Erdogan Senin (25/10) malam dalam sebuah pernyataan di siaran TV.
"Tujuan kami bukan untuk menciptakan krisis, itu adalah untuk melindungi hak, hukum, kehormatan, dan kedaulatan negara kami," kata Erdogan.
Ketegangan politik memang sudah mereda, tetapi bukan berarti lira bakal terus menguat. Masalah yang membuat lira terpuruk sudah ada sejak lama, yakni inflasi yang tinggi. Selain itu, suku bunga di Turki ki lebih rendah dari inflasi.
HALAMAN SELANJUTNTYA >>> "Suku Bunga Tinggi Biangnya Setan" Bikin Lira Terpuruk