Tembus Rp 10.650, Dolar Australia Lebih Mahal dari Singapura
Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga batu bara memberikan keuntungan yang besar bagi dolar Australia, nilainya terus menanjak melawan rupiah. Bahkan, kurs dolar Australia kini lebih mahal ketimbang dolar Singapura.
Pada perdagangan Selasa (26/10), dolar Australia menguat 0,4% melawan rupiah dan nyaris mencapai Rp 10.650/AU$. Sementara dolar Singapura berada di kisaran Rp 10.518/SG$.
Kurs dolar Australia sudah lebih mahal dari Singapura sejak 15 Oktober lalu, setelah dua bulan lamanya lebih murah.
Dolar Australia terus menanjak berkat melonjaknya harga batu bara, salah satu komoditas ekspor utama Australia. Batu bara berkontribusi sebesar 11,5% dari total ekspor Australia.
Sebelumnya batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober lalu.
Namun pada pekan lalu, harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak bulan November ambrol nyaris 21% di pekan ini ke US$ 191/ton. Jika dilihat dari rekor tersebut, batu bara sudah jeblok nyaris 30%.
Namun, dalam 2 hari perdagangan terakhir, batu bara kembali melesat lebih dari 7%.
Intervensi dari pemerintah China membuat harga batu bara ambrol pada pekan lalu, tetapi beberapa trader mengatakan masalah supply-demand belum akan selesai.
"Harga batu bara jeblok karena intervensi pemerintah China, tetapi bukan berarti ada perubahan yang berarti dari kondisi supply-demand," kata trader yang berbasis di Shaanxi China, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (23/10).
Selain itu, sebentar lagi China akan memasuki musim dingin permintaan baru bara akan kembali meningkat, sehingga harganya berpeluang naik kembali dan menguntungkan bagi dolar Australia.
"Tantangan sebenarnya untuk supply akan terlihat setelah pertengahan November, sebab permintaan harian untuk pembangkit listrik akan meningkat, sementara operasi pertambangan dan transportasi akan melambat karena memasuki musim dingin," kata trader dari salah satu perusahaan pembangkit listrik di China yang tidak ingin dipublikasikan namanya, sebagaimana dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)