
Gaspol, Saham-saham Bank Mini Terus Diangkat tapi Awas Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham bank mini (bank dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun) menguat ke zona hijau pada awal perdagangan Selasa (26/10/2021), melanjutkan momentum penguatan setidaknya sejak Senin (25/10) kemarin.
Berikut kenaikan harga saham bank kecil, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.17 WIB.
Bank Bisnis Internasional (BBSI), saham +3,45%, ke Rp 6.000/saham
Bank Neo Commerce (BBYB), +2,01%, ke Rp 1.520/saham
Bank IBK Indonesia (AGRS), +1,77%, ke Rp 230/saham
BRI Agroniaga (AGRO), +1,50%, ke Rp 2.030/saham
Bank Amar Indonesia (AMAR), +1,38%, ke Rp 294/saham
Bank Capital Indonesia (BACA), +1,26%, ke Rp 322/saham
Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +1,05%, ke Rp 192/saham
Bank Jago (ARTO), +1,01%, ke Rp 15.075/saham
Bank Ganesha (BGTG), +0,96%, ke Rp 210/saham
Bank Maspion Indonesia (BMAS), +0,63%, ke Rp 1.605/saham
Bank QNB Indonesia (BKSW), +0,52%, ke Rp 192/saham
Menurut data di atas, saham BBSI memimpin kenaikan, yakni sebesar 3,45% ke Rp 6.000/saham. Dalam sepekan saham ini naik 0,84%, sementara dalam sebulan terapresiasi 0,42%.
Terbaru, perusahaan multifinance atau pembiayaan PT FinAccel Teknologi Indonesia dengan brand Kredivo kini menjadi pemilik mayoritas saham BBSI dengan kepemilikan sebesar 40% per 15 Oktober lalu.
Nilai pembelian saham ini hampir mencapai Rp 500 miliar atau tepatnya Rp 439,69 miliar.
Kredivo membeli 484.244.705 saham Bank Bisnis atau setara dengan kepemilikan di harga Rp 908/saham.
Kedua, saham emiten yang dikendalikan Akulaku BBYB mencuat 2,01% ke Rp 1.520/saham, melanjutkan kenaikan sejak Kamis pekan lalu. Dalam sepekan saham BBYB melesat 14,02%, sementara dalam sebulan naik 5,48%.
Di bawah BBYB, ada saham AGRS yang terapresiasi 1,77% ke Rp 230/saham. Dalam seminggu saham AGRS naik 6,67%, sedangkan dalam sebulan mendaki 4,67%.
Keempat, saham AGRO berhasil menguat 1,50% ke Rp 2.030/saham. Dalam seminggu saham ini naik 1,76%, tetapi dalam sebulan anjlok 19,84%.
Sebelumnya, kenaikan saham bank mini di bursa dikerek oleh sentimen soal narasi bank digital dan ketentuan pemenuhan modal inti oleh regulator.
Memang, tahun 2021 menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital seiring dengan tren digitalisasi dan ramainya akuisisi sejumlah investor global untuk masuk ke bank digital.
Bukan hanya investor perbankan, investor korporasi non-bank, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk berinvestasi ke bank digital.
Tren ini pun sejalan dengan rencana dari regulator soal mengkonsolidasikan industri perbankan agar lebih kuat dari sisi permodalan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menetapkan ketentuan minimal modal inti yang termaktub dalam POJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum. Aturan ini mewajibkan minimal modal inti bank umum Rp 1 triliun di 2020, Rp 2 triliun di 2021 dan Rp 3 triliun di 2022.
Dengan aturan ini, konsekuensinya banyak bank-bank kecil yang dijual dan dibeli oleh pemodal besar dan konglomerasi, termasuk lewat private placement dan rights issue (penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah