Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Market Cap BNI Membubung, Unilever-Bank Jago Melorot!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
25 October 2021 12:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dok: BNI

Pelambatan laju penguatan IHSG pada pekan lalu sepertinya terjadi akibat aksi ambil untung (profit taking) investor. Maklum saja, IHSG sudah melesat hingga 8,16% dalam sebulan terakhir. Sejak akhir 2020 (year-to-date/YTD), IHSG membukukan kenaikan 11,12%.

Valuasi IHSG pun sudah tergolong mahal dibandingkan indeks saham negara-negara tetangga. Saat ini price to earnings ratio (P/E) IHSG ada di 19,19 kali. Lebih tinggi ketimbang Straits Times Singapura yang 14,97 kali, KLCI Malaysia 14,55 kali, atau SET Thailand 16,36 kali.

Selain itu, koreksi harga komoditas juga membuat IHSG sulit menguat lebih signifikan. Sepanjang pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) anjlok 20,86%. Sedangkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Bursa Malaysia berkurang 0,74%.

Ini membuat saham-saham emiten produsen komoditas, yang sebelumnya menjadi motor penggerak IHSG, masuk daftar top losers. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ambles 14,94% sementara PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) minus 12,93%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular