
Arto hingga Gozali, Keluarga Ini Tajir Gilak Jual Bank Mini!

Keluarga Hakim di Bank Harda
Didirikan pada tahun 1992 dengan nama Bank Harda Griya, perusahaan ini berganti nama menjadi PT Bank Harda Internasional pada tahun 1996. Setahun setelahnya bank ini memiliki 7 kantor cabang pembantu di wilayah Jakarta.
Setelah lolos dari krisis ekonomi 1998 dan tidak dilikuidasi, bank ini baru mulai merambah luar Jakarta tahun 2002. Sejak itu kantor perwakilan dibangun di beberapa kota termasuk Surabaya, Bandung, Solo hingga Pontianak.
Bank yang berfokus kepada pengembangan pembiayaan UMKM ini baru ramai diperbincangkan setelah kabar akuisisi oleh pengusaha Chairul Tanjung melalui kendaraan keuangan miliknya PT Mega Corpora.
Sebelum resmi diakuisisi, PT Bank Harda Internasional (BBHI) dikendalikan oleh PT Hakimputra Perkasa dari keluarga Hakim yang menguasai 73,71% saham perusahaan.
![]() Prospektus IPO Bank Harda |
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2020, Rachman Hakim memiliki 50% saham di PT Hakimputra Perkasa.
Prospektus IPO BBHI mencatat, Rachman adalah Warga Negara Indonesia. Lulus pendidikan tingkat SMA di Jakarta pada tahun 1960 dan mengikuti Pendidikan Bisnis Tingkat Tinggi Indonesia-China di Universitas Shing Hua di Beijing tahun 2009.
Dia menjabat sebagai Komisaris BBHI sejak 2012 sebelum Grup Mega Corpora mengambilalih perusahaan. Sebelumnya menjabat antara lain sebagai Wakil Komisaris Utama BBHI (1994-2012), Komisaris Utama BPR Cahaya Wiraputra Pontianak (1990-2008), Direktur Utama PT Cahaya Motorindo Putra (1997-2000).
![]() Prospektus IPO Bank Harda |
Pada 16 Oktober 2020, PT Hakimputra Perkasa selaku pemegang saham mayoritas Bank Harda telah meneken pengikatan jual beli saham sebanyak 3,08 miliar saham atau 73,71 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh.
Transaksi akuisisi tersebut nilainya mencapai Rp 460,7 miliar dengan harga rata-rata Rp 149,5/saham. Kini bank tersebut berubah nama menjadi PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) dan masuk layanan bank digital.
Danadipa di Bank BKE
Awal tahun ini beredar kabar bahwa induk e-commerce Shopee asal Singapura yakni Sea Ltd, dikabarkan sedang mencari bank mini untuk diubah menjadi bank digital yang dapat membantu layanan finansial grup dalam ekosistem Shopee.
Beberapa nama emiten bank mini pun dikabarkan masuk dalam radar perusahaan yang didirikan Forrest Li ini. Beberapa bank yang santer diisukan akan diakuisisi termasuk PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) dan PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), yang mana direksi dari kedua bank tersebut menyampaikan tidak mengetahui mengenai kabar itu.
Nyatanya, Sea Group pada bulan Februari tahun ini akhirnya memilih PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE) untuk disulap menjadi bank digital dan secara resmi mengganti nama perusahaan menjadi PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank).
Kabar pasar yang beredar saat itu menyebutkan, Sea Group mengambilalih saham Bank BKE pada awal tahun lalu dari perusahaan milik pengusaha nasional, Setiawan Ichlas yakni Danadipa.
Situs Bank BKE mencatat, pemegang saham Bank BKE yakni PT Danadipa Artha Indonesia 94,95% dan PT Koin Investama Nusantara 5,05%.
Menurut situsnya, Bank BKE didirikan pada tahun 1992 dengan pemegang saham hampir 95% oleh Danadipa. Informasi publik mengenai pemegang saham terakhir (beneficial ownership) memang masih minim, tapi Danadipa Artha Indonesia memiliki satu direktur bernama Intan Apriadi yang juga menjabat sebagai komisaris di PT Lentera Dana Nusantara, menurut profil LinkedIn Apriadi.
Lentera Dana Nusantara adalah perusahaan fintech yang mengoperasikan ShopeePay Later. Jadi, Sea besar kemungkinan ada ketersambungan dengan Bank BKE melalui Danadipa Artha Indonesia.
NEXT: Keluarga Gozali dan Asabri di BBYB
