Review

Nikel Jadi Primadona, Saham-saham Emitennya Ramai Diborong?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
22 October 2021 17:00
Pabrik pengolahan nikel di Sorowako, Provinsi Sulawesi Selatan. (REUTERS/Yusuf Ahmad)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham tambang nikel kembali bergairah setidaknya dalam sebulan terakhir, seiring dengan tren kenaikan harga kontrak berjangka (futures) nikel akhir-akhir ini.

Sebelumnya, saham-saham nikel cenderung mengalami masa-masa lesu setelah pada awal tahun ini sempat menjadi incaran investor ritel, di tengah euforia kabar produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla yang disebut-sebut akan menggelontorkan dana besar untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.

Selain itu, sentimen positif lainnya pada waktu itu adalah soal prospek komoditas nikel ke depan sangat cerah.

Sontak saja pada awal tahun 2021 saham-saham nikel melesat tinggi, sebelum akhirnya kembali bertumbangan setelah kejelasan investasi Tesla di Indonesia tidak menemui titik temu.

Lantas, bagaimana kinerja saham nikel dalam sebulan belakangan?

Berikut ini Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan data ringkas mengenai rapor saham-saham nikel dalam sebulan, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan Jumat (22/10/2021).

Kinerja Saham Nikel dalam Sebulan Terakhir

Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% Sebulan

Harum Energy

HRUM

7575

16.99

Timah

TINS

1630

9.03

Pelat Timah Nusantara

NIKL

1140

6.05

Aneka Tambang

ANTM

2430

6.11

Vale Indonesia

INCO

4920

3.58

PAM Mineral

NICL

74

-15.91

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 22 Oktober 2021, pukul 10.27 WIB

Apabila melihat tabel di atas, saham emiten milik taipan Kiki Barki HRUM menjadi yang paling melesat, yakni 16,99% dalam sebulan.

Namun, sebagai catatan, bisnis tradisional HRUM adalah batu bara sehingga sentimen utama penyokong kenaikan saham ini adalah reli harga batu bara.

Di bawah HRUM, ada saham emiten BUMN TINS yang naik 9,03% ke Rp 1.630/saham. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih saham TINS dalam sebulan ini sebesar Rp 17,69 miliar di pasar reguler dan beli bersih Rp 2,38 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.

Selain TINS, saham NIKL juga berhasil menguat 6,05% ke Rp 1.140/saham. Lalu, saham emiten pelat merah lainnya, ANTM, juga terapresiasi 6,11% ke Rp 2.430/saham.

Di bawah ANTM, ada saham INCO yang terkerek naik 3,58% dalam sebulan, dibarengi oleh aksi beli bersih asing Rp 49,86 miliar di pasar reguler.

Dari keenam saham nikel di atas, hanya saham NICL yang ambles, yakni mencapai 15,91%.

Setelah menembus level Rp 318/saham pada 15 Juli 2021 lalu, saham NICL memang cenderung merosot (downtrend).

Asal tahu saja, NICL melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 9 Juli 2021 di harga Rp 100/saham.

Sebagai informasi, saham-saham nikel hari ini cenderung ambles seiring aksi ambil untung para investor setelah saham tersebut mengalami tren kenaikan dalam sebulan terakhir.

NEXT: Bangkitnya Harga Nikel dan Ramalan Jokowi

Kenaikan saham nikel dalam sebulan ini tampak terlambat dibandingkan reli kenaikan saham komoditas lainnya, seperti batu bara dan sawit (crude palm oil/CPO)--yang juga ditopang oleh lonjakan harga komoditasnya.

Ini terjadi lantaran respons saham nikel terhadap kenaikan harga nikel terlihat agak telat. Selain itu, harga kontrak berjangka nikel--kendati cenderung naik sepanjang tahun ini--baru mulai menanjak tinggi pada awal Oktober 2021 ketika berhasil rebound dari level US$ 17.900-an/ton.

Adapun harga kontrak berjangka nikel di London Metal Exchange (LME) sendiri berhasil naik tipis 0,21 ke US$ 19.962,50/ton pada perdagangan Jumat in (22/10), pukul 10.56 WIB.

Kemarin, harga nikel ambles 4,98%, usai menyentuh rekor tertinggi selama 7 tahun terakhir pada Rabu (20/10) di US$ 20.963/ton.

Dalam sepekan nikel turun 0,29%, sedangkan dalam sebulan melonjak 6,01%. Adapun secara year to date (ytd) melambung 20,16%.

Melemahnya permintaan nikel dikhawatirkan akan membuat pasokan diperketat sehingga persediaan nikel semakin turun.

Produksi di Filipina, pemasok bijih nikel terbesar ke China, bisa turun tahun ini karena cuaca yang tidak menguntungkan, kata kepala asosiasi nikel negara itu. Kejadian ini semakin meningkatkan kekhawatiran terhadap persediaan nikel di gudang.

Perusahaan Tambang Nikel, Vale di Brasil mengatakan pada hari Selasa (19/10/2021), bahwa produksi nikel pada kuartal ketiga turun 22% year-on-year (yoy), karena gangguan tenaga kerja di tambang Sudbury.

Sehari setelahnya, Perusahaan tambang nikel Rusia, Nornickel, mengatakan produksi nikel pada Januari-September 2021 turun 23%yoy, karena penghentian operasi sementara di dua tambangnya.

Selain itu, krisis listrik yang terjadi berpotensi melemahkan permintaan bahan baku logam untuk diolah sehingga dikhawatirkan akan ada pengetatan pasokan di tengan persediaan yang sudah sangat rendah.

Lebih lanjut, persediaan nikel di gudang LME juga terus terjun ke level terendah sejak Desember 2019. Pada tanggal 15 Oktober 2021, persediaan nikel tercatat 146.022 ton, turun 38,47% year-on-year (yoy) dibanding 15 Oktober 2020.

Rata-rata persediaan nikel pada bulan Oktober 2021 tercatat 150.570 ton, turun 13,52% month-to-month (mom) dibanding rata-rata persediaan September 2021.

Ramalan Jokowi

Krisis energi yang sedang menimpa sejumlah negara yang berbarengan dengan kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia, termasuk batu bara, sawit, nikel, tembaga, turut menarik perhatian Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal krisis energi akhir-akhir ini saat menghadiri peresmian pembukaan Apkasi Otonomi Expo Tahun 2021 yang digelar di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/10/2021).

Ia lantas membahas krisis yang menimpa Eropa dan China. Menurut Jokowi, hal itu tidak ada yang menduga.

Di tengah krisis energi saat ini, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut tidak menampik bahwa Indonesia diuntungkan karena harga komoditas naik, termasuk nikel.

"Saya kira daerah yang memiliki kelapa sawit [CPO, crude palm oil], yang memiliki batu bara seneng semuanya atau yang memiliki nikel atau yang memiliki tembaga semuanya seneng karena ekonomi di daerah penghasil komoditas itu pasti akan merangkak naik. Insya Allah akan merangkak naik," ujar Jokowi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular