Winter Is Coming, Cek 5 Fakta Krisis Energi Eropa

Feri Sandria, CNBC Indonesia
18 October 2021 15:55
Krisis bahan bakar minyak (BBM) di Inggris. (AP/Jon Super)
Foto: Krisis bahan bakar minyak (BBM) di Inggris. (AP/Jon Super)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan musim dingin yang semakin dekat, krisis energi yang terjadi akibat kelangkaan gas alam ikut menyebabkan meroketnya harga gas yang terlihat konkret dalam tagihan gas, listrik yang ikut melonjak.

Tak hanya itu meningkatnya biaya energi juga dapat mendorong peningkatan harga pembelian barang sehari-hari lainnya, termasuk makanan jika kondisi ini tidak segera terselesaikan.

Alasan di balik krisis energi Eropa jauh sangat pelik dan rumit yang menggambarkan betapa kompleks dan saling terkaitnya pasar energi global.

Berikut adalah lima poin kunci untuk membantu menjelaskan beberapa masalah yang memicu krisis energi.

Permintaan Global Pulih Dengan Kuat

Pada tahun 2020, permintaan gas alam turun sebesar 1,9% akibat perubahan perilaku konsumsi energi selama periode pandemi. Selain itu turunnya permintaan juga didorong oleh cuaca musim dingin yang ringan di belahan bumi bagian utara yang dirasakan tahun lalu.

Dalam dokumen kajian Tinjauan Keamanan Gas Global, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan gas kemungkinan akan pulih sebesar 3,6% di tahun 2021. Jika dibiarkan, pada tahun 2024 konsumsi gas global bisa tumbuh 7% lebih tinggi dari tingkat pra-pandemi.

Walaupun pertumbuhan permintaan gas diperkirakan akan melambat, IEA mengatakan pemerintah mungkin perlu membuat undang-undang untuk memastikan pertumbuhan emisi terkait gas tidak menjadi masalah. "Kebijakan yang lebih ambisius diperlukan untuk beralih ke jalur net zero," kata organisasi tersebut.

Eropa Bergantung Pada Impor Gas

Produksi gas Eropa menurun. Sejumlah cadangan gas Laut Utara mulai mengering, begitu pula sejumlah ladang gas di Belanda, seperti Groningen yang akan ditutup pada pertengahan 2022.

Hal ini membuat Eropa semakin bergantung pada impor gas, terutama dari Rusia dan Norwegia.

IEA telah meminta Rusia untuk mengirim lebih banyak gas ke Eropa demi membantu meringankan krisis, akibat kekhawatiran yang muncul bahwa fasilitas penyimpanan gas bawah tanah yang dikendalikan Rusia di Eropa diisi lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya.

"Berdasarkan informasi yang tersedia, Rusia memenuhi kontrak jangka panjangnya dengan negara-negara Eropa - tetapi ekspornya ke Eropa turun dari level 2019. IEA percaya bahwa Rusia dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan ketersediaan gas ke Eropa dan memastikan pusat penyimpanan gas diisi ke tingkat yang memadai sebagai persiapan untuk musim dingin yang akan datang. Ini juga merupakan kesempatan bagi Rusia untuk mempertegas kredensialnya sebagai pemasok yang dapat diandalkan ke pasar Eropa," kata IEA.

Harga Gas Tinggi dan Bisa Naik Lagi

Sejauh ini telah terjadi peningkatan 600% dalam harga gas Eropa pada tahun 2021.

Pada satu titik di awal Oktober ada lonjakan 37% harga gas grosir Inggris hanya dalam 24 jam. Lonjakan harga mendorong kelompok lobi yang mewakili bisnis baja, kimia dan pupuk meminta pemerintah Inggris untuk memberikan bantuan terhadap biaya yang kian melambung.

Harga gas grosir telah menyebabkan beberapa penyedia energi yang lebih kecil di pasar Inggris runtuh, dan telah menghentikan produksi di beberapa industri. Sekretaris Negara Inggris untuk Bisnis, Energi dan Strategi Industri, Kwasi Kwarteng, mengatakan: "Dampak yang dirasakan [masyarakat Inggris] terhadap [peningkatan] harga gas global yang bergejolak menggarisbawahi pentingnya rencana [Inggris] untuk membangun sektor energi terbarukan yang kuat dan tumbuh di dalam negeri untuk lebih mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil."

Winter Is Coming

Di belahan bumi utara awal tahun 2021 diselingi oleh serangkaian peristiwa cuaca ekstrem yang sangat dingin. Sebagian besar wilayah AS dipengaruhi oleh pusaran kutub yang membawa salju, es, dan suhu beku ke selatan hingga negara bagian Texas, yang semestinya tidak merasakan musim dingin.

Jika musim dingin di belahan bumi utara kembali sangat parah, maka akan memberi tekanan tambahan pada sistem gas yang sudah berusaha berjuang mati-matian.

peningkatan permintaan selama musim dingin tidak hanya akan dibikin pusing oleh stok gas yang rendah, melainkan juga krisis rantai pasok global. Penyewaan kapal untuk mengangkut LNG di seluruh dunia telah dipengaruhi oleh kurangnya kapasitas pengiriman, membuat respons terhadap lonjakan permintaan menjadi sulit dan mahal.

"Tarif sewa kapal LNG spot harian telah melonjak di atas US$ 100.000 dalam tiga musim dingin terakhir di belahan bumi utara," kata IEA. "Dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa di atas US$ 200.000 selama musim dingin yang tak terduga di Asia timur laut pada Januari 2021 - di tengah kekurangan kapasitas pengiriman fisik yang tersedia."

Transisi energi yang sangat kompleks

Pembakaran gas memang lebih bersih daripada minyak atau batu bara, dan telah digunakan secara luas sebagai pengganti kedua bahan bakar fosil tersebut dalam produksi listrik. Meskipun berperan dalam membantu dekarbonisasi pembangkit listrik, gas tetap menjadi salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK).

Badan Energi Internasional (IEA) menggambarkan gas sebagai: "Sumber utama emisi yang perlu dikurangi - terutama di pasar yang jenuh di mana sebagian besar potensi pertumbuhan dan substitusi telah dimanfaatkan."

Gas alam sebagian besar terdiri dari metana, yang merupakan GRK yang kuat. Biro Energi AS mengatakan bahwa hampir sepertiga emisi metana disebabkan oleh "gas alam dan sistem perminyakan dan dari sumur minyak dan gas alam yang ditinggalkan."

Meskipun peningkatan keseluruhan permintaan global untuk gas antara tahun 2020 dan 2024 diperkirakan akan "cenderung pelan", akan tetapi nilai tersebut masih tetap terlalu tinggi untuk memenuhi tujuan kebijakan iklim, dikatakan IEA.

IEA memperkirakan peningkatan 9% dalam permintaan gas tahunan antara tahun 2020 dan 2024, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan permintaan yang perlu dipertahankan agar tetap sejalan dengan target emisi bebas karbon pada tahun 2070.

Dekarbonisasi sistem gas perlu menjadi prioritas untuk mencapai target net zero carbon pada tahun 2050, kata IEA, yang melibatkan penggunaan gas rendah karbon secara luas.

"Penyebaran ini harus didukung oleh kebijakan yang diberlakukan dalam jangka pendek hingga menengah untuk mempersiapkan transisi besar-besaran terhadap sistem dan industri gas. Dalam hal ini, pembuat kebijakan harus mempertimbangkan keamanan baru dari tantangan pasokan yang mungkin muncul dalam transisi ini," ungkap IEA.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular