Internasional

Harga Gas Eropa Rekor, Krisis Energi Dunia Bisa Makin Parah!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 October 2021 10:52
A general view of the CF industries plant in Billingham, Britain September 22, 2021. Picture taken with a drone. REUTERS/Lee Smith
Foto: Pabrik industri CF di Billingham, Inggris 22 September 2021. (REUTERS/Lee Smith)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga gas alam di Eropa kembali melonjak ke level tertinggi barunya pada Selasa (5/10/2021) waktu setempat, di mana melonjaknya harga gas alam kembali menekan sektor energi di kawasan Eropa jelang musim dingin.

Harga gas alam kontrak November di hub TTF Belanda yang merupakan harga gas alam acuan Eropa diperdagangkan sekitar 118 per megawatt hour (MWH) atau setara Rp 1,9 juta/MWH (kurs Rp 16.500/euro), pada Selasa tengah hari waktu Eropa, melesat hampir 19% dan membuat rekor tertinggi baru.

TTF Belanda (Dutch) atau Title Transfer Facility adalah titik perdagangan virtual untuk gas alam di Belanda, secara virtual menjadi fasilitas bagi sejumlah pedagang di Belanda untuk melakukan perdagangan berjangka, fisik atas gas.

Dilansir CNBC International, dalam setahun berjalan (year-to-date/YTD), harga gas alam tersebut telah melesat hingga 400%.

Sementara di Inggris, harga gas alam untuk November melonjak 14% menjadi £ 2,79 per termal atau setara Rp 54.000 (Rp 19.300/poundsterling) pada Selasa siang waktu setempat. Sementara itu, gas grosir Inggris untuk pengiriman bulan berikutnya meroket 23% menjadi £ 2,50 per termal.

Masih melonjaknya harga gas alam sebagian disebabkan oleh lonjakan permintaan, terutama dari Asia, karena bangkitnya kembali perekonomian beberapa negara, setelah adanya penguncian wilayah (lockdown) yang disebabkan oleh virus corona (Covid-19).

Musim dingin yang akan datang di Eropa membuat persediaan gas alam dari musim panas lalu makin menipis.

Sementara itu, penurunan produksi gas di Eropa, kondisi cuaca di AS yang memburuk, dan adanya pemeliharaan telah menciptakan pasar gas yang lebih ketat dan mempersulit pengisian kembali pasokan gas menjelang musim dingin mendatang di seluruh wilayah.

Butuh stress test di sektor energy?

Beberapa pemasok energi Inggris mengalami tekanan di tengah kenaikan krisis energi dunia. Pada September lalu, setidaknya ada sembilan perusahaan yang menghentikan perdagangan komoditas gas alamnya.

Greg Jackson, CEO Octopus Energy, dalam wawancaranya di CNBC "Street Sign Europe" mengatakan bahwa banyak perusahaan energi telah gagal mengatasi krisisnya karena mereka mengambil posisi "buying short" dan "selling long".

"Octopus mampu melindungi pasokannya, kami memiliki lebih dari 3 juta [pelanggan], jadi Anda benar-benar dapat melakukan lindung nilai (hedging) dalam skala tertentu," katanya, dikutip CNBC International, Rabu (6/10).

"Saya pikir perusahaan-perusahaan [gagal] itu berharap jika harga turun, mereka dapat menarik pelanggan dengan tawar-menawar, jika mereka naik maka mereka akan mampu bertahan dan melihat melalui krisis. Krisis ini sangat hebat sehingga tidak ada yang bisa melewatinya jika tidak dilindungi." kata Jackson.

Jackson menyarankan bahwa stress test yang sebelumnya dilakukan di sektor perbankan, kini juga harus diterapkan di sektor energi untuk memastikan perusahaan energi di Eropa beroperasi secara bertanggung jawab.

"Apa yang kami lihat di sini adalah kebutuhan untuk mencegah gejolak [yang sama, kami tidak membutuhkan banyak regulasi, hanya beberapa stress test ringan, dan kami tidak ingin menghentikan persaingan kami dengan perusahaan lainnya yang memiliki tanggung jawab." ujar Jackson.

Inggris rentan mempengaruhi harga gas

Naiknya harga gas alam bukanlah masalah yang unik di Inggris. Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah di Spanyol, Italia, Yunani, dan Prancis telah mengambil tindakan drastis untuk meminimalkan dampaknya terhadap konsumen.

Anggota parlemen Prancis mendorong Uni Eropa (UE) untuk mengurangi ketergantungannya pada gas alam dari pasar eksternal, di mana sebagian besar pasokan gas alam Eropa berasal dari Rusia dan Norwegia.

Namun, Inggris sangat rentan terhadap krisis harga saat ini karena gas sangat penting untuk pasokan energi di Inggris. Hal ini tentunya menjadi peran penting dalam hal pemanasan, industri dan pembangkit listrik, dan lebih dari 22 juta rumah tangga terhubung ke jaringan gas negara.

Sumber gas tunggal terbesar di Inggris adalah U.K. Continental Shelf (UCS), yang menyumbang sekitar 48% dari total pasokan tahun lalu. Namun, UCS adalah sumber energi yang matang, artinya harus dilengkapi dengan gas yang diimpor dari pasar internasional.

Pada September lalu, Menteri Bisnis Inggris Kwasi Kwarteng mengatakan kepada Sky News bahwa pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan "banyak opsi" untuk melindungi pemasok dari kenaikan harga, termasuk potensi pinjaman yang didukung negara.

Namun, dia menyarankan bahwa tidak setiap pemasok energi akan memenuhi syarat untuk mendapatkan keuntungan dari skema tersebut.

Inggris memiliki banyak batasan pemasok yang dapat membebankan konsumen untuk energi, dengan batas harga ditinjau oleh pemerintah setiap enam bulan.

Analis telah memperingatkan bahwa kenaikan harga gas alam kemungkinan akan berdampak pada tingkat inflasi yang makin meninggi.

Dalam sebuah laporan tentang keputusan kebijakan moneter periode September, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengatakan bahwa tingkat inflasi Inggris kemungkinan akan naik ke "sedikit di atas" 4% tahun ini, dua kali lipat dari tingkat targetnya.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Meletus, Harga Gas Meledak, Awas Eropa Krisis Energi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular