Harga Nikel Melambung, Saham ANTM Dkk Ikut Melompat

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Senin, 18/10/2021 11:04 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang nikel kompak menghijau pada awal perdagangan hari ini, Senin (18/10/2021), di tengah tren kenaikan harga komoditas nikel.

Berikut pergerakan saham nikel, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 10.45 WIB.

  1. Harum Energy (HRUM), saham +5,50%, ke Rp 8.625/saham


  2. PAM Mineral (NICL), +2,70%, ke Rp 76/saham

  3. Aneka Tambang (ANTM), +2,43%, ke Rp 2.530/saham

  4. Pelat Timah Nusantara (NIKL), +1,30%, ke Rp 1.170/saham

  5. Vale Indonesia (INCO), +0,98%, ke Rp 5.150/saham

  6. Timah (TINS), +0,58%, ke Rp 1.730/saham

Menurut data di atas, saham HRUM memimpin kenaikan dengan melesat 5,50% ke Rp 8.625/saham. Di tengah kenaikan ini asing melakukan beli bersih Rp 4,97 miliar di pasar reguler.

Dalam sepekan, saham HRUM naik 3,94%, sementara dalam sebulan melonjak 62,79%.

Kedua, saham NICL naik 2,70% ke Rp 76/saham, melanjutkan kenaikan 1,37% pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Ketiga, saham emiten BUMN ANTM yang terkerek 2,43% ke Rp 2.530/saham. Asing melakukan beli bersih Rp 40,78 miliar di pasar reguler. Dengan ini, dalam seminggu saham ANTM menguat 4,13%, sedangkan dalam sebulan mendaki 7,55%.

Saham emiten pelat merah lainnya, TINS, juga terapresiasi 0,58% ke Rp 1.730/saham, melanjutkan reli kenaikan selama 3 hari terakhir. Alhasil, dalam sepekan saham TINS naik 2,97% dan dalam sebulan melesat 19,24%.

Harga nikel dunia 'terbang' pada perdagangan Jumat pekan lalu seiring dengan persediaan yang terus turun dan menyentuh level terendah sejak Desember 2019. Harga nikel menunjukkan kinerja yang baik selama dua minggu terakhir, dengan mencatatkan kenaikan 9.01%.

Pada Jumat (15/10) pukul 15.55 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 19.750,00/ton, naik 1,97% dibandingkan harga penutupan Kamis.

Persediaan nikel dunia di gudang LME (London Metal Exchange) pada 15 Oktober 2021 tercatat 146.022 ton. Jumlah tersebut turun 38,45% year-on-year (yoy) dari 15 Oktober 2020.

Rata-rata persediaan bulan Oktober 2021 sebesar 150.570 ton, turun 13,52% month-to-month (mom) dari bulan September 2021.

Ketika persediaan jatuh, permintaan nikel dunia diperkirakan naik pada tahun 2021. Permintaan nikel dunia diperkirakan akan meningkat 2,6 juta ton pada tahun ini dan bertumbuh menjadi 3 juta ton pada tahun 2022 menurut International Nickel Study Group (INSG). Peningkatan ini didorong oleh pemulihan ekonomi di dunia.

Peningkatan permintaan nikel akan mengakibatkan defisit nikel yang diproyeksikan sebesar 134.000 ton pada tahun 2021 dan surplus 76.000 pada tahun 2022. Perlu digarisbawahi, angka tersebut belum memperhitungkan kemungkinan gangguan produksi di China dan Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Kebut Hilirisasi, Sektor Nikel-Timah Kian Bersinar?