Cuan Gokil! 9 Saham Ini sudah Meroket Ribuan Persen

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
18 October 2021 08:25
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil melonjak 32,68% ke posisi 6.633,34, terdapat setidaknya 9 saham fenomenal yang berhasil meroket ribuan persen dalam setahun terakhir.

Saham-saham emiten tersebut memiliki fokus bisnis yang beragam, mulai dari perbankan, data center, restoran ayam goreng, sampai produsen kaleng kemas.

Kenaikan saham-saham yang luar biasa tersebut banyak didorong oleh berbagai sentimen positif, seperti masuknya investor kelas kakap dan adanya aksi korporasi yang signifikan.

Berikut ini 9 saham yang berhasil mencetak kenaikan ribuan persen selama setahun belakangan, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat lalu, 15 Oktober 2021.

9 Saham Cuan Ribuan Persen Selama Setahun

Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% 1 Tahun

DCI Indonesia

DCII*

46000

10852.38

IndoSterling Technomedia

TECH

8200

4780.95

Allo Bank Indonesia

BBHI

4900

4254.17

Telefast Indonesia

TFAS

5100

3048.15

Bank Aladin Syariah

BANK*

2360

2191.26

Cipta Selera Murni

CSMI

3490

1444.25

Digital Mediatama Maxima

DMMX

2490

1245.95

Panca Global Kapital

PEGE

1505

1220.18

Pratama Abadi Nusa Industri

PANI

940

1005.88

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 15 Oktober 2021 |*DCII & BANK melantai di bursa masing-masing pada 6 Januari 2021 dan 1 Februari 2021

Mengacu pada daftar di atas, dari 9 saham yang diamati, 4 di antaranya merupakan saham indeks sektor teknologi (IDXTECHNO), yakni emiten data center DCII, perusahaan supply chain management TFAS, emiten pemasaran perdagangan digital DMMX, dan perusahaan teknologi informasi TECH.

Kemudian, ada 2 emiten bank digital, yakni bank digital milik pengusaha nasional Chairul Tanjung BBHI dan bank syariah BANK.

Emiten sisanya bergerak di bidang yang beragam, yakni emiten pemegang hak waralaba restoran cepat saji Texas Chicken CSMI, emiten perdagangan umum dan broker saham PEGE, dan emiten produsen kaleng kemas PANI.

Ramainya saham teknologi yang mendominasi daftar tersebut lantaran saham teknologi sempat menjadi primadona di kalangan pelaku pasar sejak awal tahun ini, semenjak debut DCII di bursa.

Lalu, ditambah pula dengan sejumlah sentimen lainnya, seperti kabar akan melantainya unicorn teknologi--Grup GoTo, Traveloka dan Bukalapak (yang akhirnya 'manggung' di bursa pada 6 Agustus lalu).

Bila melihat tabel di atas, saham DCII berhasil meroket jauh di atas saham-saham lainnya, yakni 10.852,38% di harga Rp 46.000/saham.

Tak pelak lagi, saat ini saham DCII menjadi saham dengan harga tertinggi di bursa, melampaui harga saham produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang senilai Rp 34.400/saham.

Bahkan, saham DCII sempat melonjak tinggi sampai 14.000% dan menyentuh harga Rp 59.000/saham sebelum disuspensi (penghentian saham sementara) oleh bursa pada 16 Juni lalu.

Seiring dengan lonjakan harga sahamnya, nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham emiten yang sebagian sahamnya dipegang oleh Bos Indofood Anthoni Salim ini pun melambung menjadi Rp 109,65 triliun. Saat ini, saham DCII pun lantas masuk ke jajaran saham big cap (saham dengan market cap di atas Rp 100 triliun).

Kenaikan saham DCII memang terjadi sejak awal debut seiring ramai diborong investor pada awal tahun. Kemudian, saham DCII semakin 'menggila' setelah pemilik Grup Salim Anthoni Salim masuk ke saham tersebut awal Juni lalu.

Mengenai kinerja, laba bersih DCI Indonesia naik 35,09% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 110,62 miliar pada semester I 2021 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 81,89 miliar.

Seiring dengan meningkatnya laba bersih, pendapatan usaha DCI Indonesia juga tumbuh 3,68% secara yoy dari Rp 361,93 miliar pada triwulan II 2020 menjadi Rp 375,23 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Mengacu pemegang saham efektif DCII sampai 31 Agustus 2021, saham ini dimiliki oleh Otto Toto Sugiri sebesar 29,90%, Marina Budiman 22,51%, Han Arming Hanafia 14,11%. Ketiganya merupakan pemegang saham pengendali.

Sementara, Anthoni Salim tercatat menggenggam kepemilikan 11,12%. Sisanya, pemegang saham publik sebesar 22,36%.

NEXT: Simak Analisis Saham BBHI hingga PANI!

Seperti disebutkan di paragraf sebelumnya, masuknya Anthoni Salim ke DCII turut membuat para investor ramai-ramai mengoleksi saham-saham teknologi pada pertengahan tahun ini, seperti saham TECH yang melonjak dari level Rp 4.500/saham pada awal Juli hingga sempat mencapai level tertinggi Rp 9.000/saham ada 24 Agustus 2021.

Kemudian, saham BBHI juga melonjak tajam selama setahun ini, yakni sebesar 4.254,17%, didorong oleh akuisisi perusahaan yang dilakukan Mega Corpora milik pengusaha Chairul Tanjung, yang dimulai sejak November tahun lalu.

Selain itu, sentimen lain pendorong kenaikan saham BBHI--seperti juga saham BANK dan bank mini lainnya (bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun--adalah soal narasi bank digital dan aturan pemenuhan modal inti oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Terbaru, BBHI menyelenggarakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPLSB) pada Jumat (15/10) pekan lalu untuk menyetujui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) alias rights issue dan peningkatan modal dasar perseroan.

Sebelumnya, manajemen BBHI menyatakan jumlah saham yang direncanakan untuk diterbitkan dalam penawaran umum terbatas (PUT) III atau rights issue ini adalah sebanyak-banyaknya 11.000.000.000 atau 11 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

"Jumlah ini setara dengan 94,15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan pada saat keterbukaan informasi ini, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam prospektus PMHMETD dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku," tulis manajemen BBHI.

PT Mega Corpora memiliki opsi untuk dapat mengalihkan sebagian atau seluruh dari HMETD yang menjadi haknya kepada investor tertentu

Seperti saham BBHI, saham BANK juga melambung tinggi 2.191,26% sejak melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 1 Februari 2021.

Adapun sejumlah sentimen pendorongnya, mulai dari narasi bank digital dan konsolidasi perbankan bermodal mini seperti disebutkan di atas, isu masuknya induk Shopee Sea Group, hingga kolaborasi BANK dengan pengelola Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan perusahaan telemedicine Halodoc.

Di antara saham-saham di atas, saham PANI menjadi saham yang mengalami lonjakan tiba-tiba terbaru, yakni dalam 10 hari terakhir. Pada 20 September 2021, saham PANI masih di level Rp 300/saham, sebelum akhirnya melonjak tinggi sejak 8 Oktober 2021 dan membuatnya melesat hingga level tertinggi ke Rp 940/saham.

Kenaikan saham ini terjadi di tengah kabar perseroan dicaplok oleh PT Multi Artha Pratama (MAP), bagian dari 'raksasa' properti Tanah Air yakni Agung Sedayu Group, di mana MAP mencaplok PANI sebesar 80% atau sebanyak 328.000.000 saham.

MAP juga menyatakan telah menyampaikan dokumen pelaksanaan tender offer kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per tanggal 12 Oktober 2021 dan diperkirakan jadwal waktu pelaksanaan tender offer adalah tanggal 11 November hingga 10 Desember 2021, berdasarkan pengumuman resmi perusahaan yang terbit di BEI.

Terkait rencana diversifikasi dan perubahan bidang usaha, pihak manajemen PANI menyampaikan bahwa PT MAP melalui perseroan berencana untuk melakukan investasi dan mengembangkan bisnis pada perusahaan real estat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investasi di 10 Saham Ini, Bak Menemukan Harta Karun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular