
Deretan Biang Kerok yang Bikin SWF Jokowi 'Melempem'

Berdasarkan laporan keuangan INA per semester I-2021, total dana abadi yang dikelola oleh LPI saat ini adalah senilai Rp 15 triliun.
Dana tersebut merupakan penyetoran modal awal dari total Rp 75 triliun berdasarkan PP 74 tahun 2020. Dana tersebut ditempatkan dalam bentuk deposito di dua bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Deposito berjangka senilai Rp 10 triliun diinvestasikan di BRI dengan tingkat bunga rata-rata per tahun sebesar 4,00% dan jatuh tempo antara 29 Juli 2021 hingga 12 Oktober 2021.
Sedangkan Deposito berjangka di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk senilai Rp 5 triliun dengan tingkat bunga rata-rata per tahun sebesar 3,25% dan jatuh tempo pada tanggal 3 September 2021.
Sebelumnya Sri Mulyani, Menteri Keuangan sekaligus Dewan Pengawas LPI, mengatakan target dana bisa mencapai Rp 300 triliun.
"Dengan Rp 75 triliun yang sudah dimasukkan pemerintah, ditargetkan Rp 300 triliun akan bisa menjadi partner dengan INA," kata Sri Mulyani, dalam webinar Kementerian Perhubungan terkait Peluang Pendanaan SWF, Rabu (3/3/2021).
Dari target tersebut, hingga saat ini INA baru mendapatkan komitmen investasi senilai US$ 3,75 miliar atau Rp 54 triliun dari tiga investor global. Investor tersebut antara lain Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ), APG Asset Management (APG) dan anak usaha Abu Dhabi Investment Authority (ADIA).
Dana tersebut rencananya bakal mendirikan platform investasi yang berfokus pada infrastruktur di Indonesia, khususnya jalan tol.
Nilai tersebut tentunya masih sangat jauh dari target yang dipatok oleh pemerintah di awal. Meski memang pemerintah tidak secara langsung menyebutkan kapan target dana ini bisa dicapai oleh INA.
Saat ini INA memfokuskan penempatan investasi pada empat sektor dari sembilan sektor yang dibidik.
CEO INA Ridha D. M. Wirakusumah mengatakan empat sektor yang difokuskan tersebut antara lain basic infrastructure, digital infrastructure, kesehatan, dan green investing atau energi terbarukan (renewable energy).
"Di sektor basic infrastructure seperti jalan tol, pelabuhan dan bandara. Di digital infrastructure itu termasuk menara telekomunikasi, data center dan fiberisasi," kata Ridha dalam pernyataan tim Humas INA yang disampaikan ke CNBC Indonesia, Selasa (12/10).
Dia menjelaskan bahwa INA akan mendapatkan suntikan modal dari pemerintah senilai US$ 5 miliar atau hampir setara dengan Rp 75 triliun. Dana ini akan disuntikkan secara bertahap hingga akhir tahun ini.
INA didirikan sejak 15 Desember 2020 yang merupakan pengelola dana abadi Indonesia yang didirikan di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Dewan Pengawas LPI diketuai oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan beranggotakan Menteri BUMN Erick Thohir serta tiga anggota profesional yakni Darwin Cyril Noerhadi, Yozua Make dan Haryanto Sahari.
Sementara itu lima direksi INA adalah Ridha DM Wirakusumah sebagai CEO, Arief Budiman sebagai Deputy CEO, Stefanus Ade Hadiwidjaja sebagai Chief Investment Officer, Marita Alisjahbana sebagai Chief Risk Officer, dan Eddy Porwanto sebagai Chief Financial Officer. Jajaran pengurus INA dilantik pada Selasa (16/2/2021) oleh Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]
