Harga Tembaga Melorot Gara-gara Amerika!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terseok-seok pada perdagangan pagi ini setelah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan kecemasan stagflasi, atau pertumbuhan ekonomi rendah dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Pada Selasa (12/10/2021) pukul 09.00 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.428,75/ton, turun 1,03% dibanding posisi kemarin.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan September perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap 194.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sangat jauh di bawah prediksi pasar sebanyak 500.000 tenaga kerja.
Tetapi di sisi lain, rata-rata upah per jam menunjukkan peningkatan 0,6% dari bulan sebelumnya.
Sementara jika dilihat dari September 2020, terjadi peningkatan sebesar 4,6%. Dalam 6 bulan terakhir, rata-rata upah per jam menunjukkan kenaikan 6% year-on-year (YoY).
Kenaikan upah tersebut membuat inflasi diprediksi masih akan tinggi dalam waktu yang lebih panjang, tetapi dengan NFP yang mengecewakan bisa menjadi sinyal pemulihan ekonomi AS mengalami pelambatan.
Ketika Amerika Serikat mengalami stagflasi, tentunya akan berdampak ke negara-negara lainnya, mengingat AS merupakan raksasa ekonomi dunia.
Stagflasi menyebabkan dollar menguat sehingga menahan laju tembaga. Ini karena harga jual tembaga dengan kurs dolar AS dianggap lebih mahal.
Tembaga juga merupakan komoditas yang biasa dijadikan patokan ekonomi dunia. Sehingga goncangan ekonomi dunia akan mempengaruhi kinerja harga tembaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)