Bukan Emas! Aset Ini Cuan Lagi 209% Sepekan Nyalip Batu Bara
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara memang melonjak luar biasa sepanjang tahun ini. Kenaikannya sempat memecahkan rekor tertinggi sejak 2008 di posisi US$ 280/ton pada Selasa (5/10/2021) pekan lalu.
Dengan kata lain, di level tertinggi itu, si batu hitam sempat 'meroket' hingga 230% sepanjang tahun ini.
Tak pelak lagi, dengan lonjakan tersebut tidak ada komoditas lain yang mengalami kenaikan harga setajam si batu hitam.
Setelah menembus rekor tertinggi tersebut, harga batu bara 'terjun bebas' seiring adanya aksi ambil untung (profit taking) para investor.
Per akhir pekan lalu harga batu berada di US$ 225,75/ton. Saat harga aset melambung tinggi, maka risiko untuk jatuh menjadi sangat besar. Dalam kasus baru bara, itulah yang terjadi.
Kendati ambles, dalam sebulan terakhir, harga batu bara naik 32.39% secara point-to-point. Sementara, sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 191,93%.
Lonjakan batu bara akhir-akhir ini ditopang oleh persediaan yang menipis di tengah permintaan yang meningkat karena pembukaan aktivitas ekonomi. Naiknya harga minyak bumi dan gas alam juga mempengaruhi kinerja batu bara yang akhir-akhir ini mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Kenaikan harga gas alam, memang, menjadi faktor utama lonjakan harga batu bara. Saat gas alam semakin mahal, maka insentif untuk berpaling ke sumber energi primer alternatif meningkat. Salah satunya adalah batu bara.
Toby Hassall, analis Refinitiv, menilai saat ini baik pasokan maupun permintaan batu bara sudah pulih setelah terhantam oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ke depan, dengan permintaan yang sudah kembali seperti masa sebelum pandemi, iming-iming keuntungan tinggi akan membuat produsen berlomba-lomba meningkatkan produksi.
"Kami memperkirakan pertumbuhan pasokan ini akan menciptakan tekanan harga dalam jangka menengah," sebut Hassall dalam risetnya.
Memang, dibandingkan dengan aset lindung nilai (hedging) seperti emas, batu bara tetap berjaya.
Menurut data Refinitiv, harga emas di pasar spot ambles 7,60% secara year to date (ytd) ke US$ 1.753,76/troy ons pagi ini, Senin (11/10) pukul 07:03 WIB.
Harga emas memang loyo tahun ini, di tengah dinamika nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan isu pengurangan pembelian aset alias tapering off oleh bank sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Nah, lalu, aset apa yang bisa mengalahkan rapor ciamik batu bara sepanjang tahun ini?
NEXT: Aset Mana yang Ngalahin Batu Bara?
(adf/adf)