Kena ARB Berjamaah Kemarin, Akankah Saham Batu Bara Bangkit?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
08 October 2021 08:55
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham pertambangan dan produsen batu bara ditutup berjatuhan pada perdagangan Kamis (7/10/2021) kemarin, karena harga acuan batu bara dunia terpantau ambruk pada perdagangan Rabu (6/10/2021) lalu.

Investor juga mulai merealisasikan keuntungannya setelah saham-saham batu bara melesat beberapa hari terakhir. Bahkan, mayoritas saham batu bara juga terkena batas auto rejection bawah (ARB) pada perdagangan kemarin.

Berikut pergerakan saham batu bara pada perdagangan Kamis (7/10/2021) kemarin.

Saham Batu Bara

Berdasarkan data dari RTI, dari sepuluh saham batu bara yang terpantau melemah, enam diantaranya terkena level ARB pada perdagangan kemarin.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memimpin koreksi saham batu bara pada penutupan perdagangan kemarin. Saham ADRO ambruk 6,97% ke level Rp 1.735/unit pada penutupan perdagangan Kamis kemarin. Saham ADRO pun terkena level ARB. Dalam sepekan terakhir, saham ADRO terpantau merosot 1,42%.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham ADRO kemarin mencapai Rp 742 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 423 juta lembar saham. Meskipun terkena ARB, namun investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebanyak Rp 91,3 miliar di pasar reguler.

Selanjutnya, di posisi kedua diduduki oleh saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang ditutup ambles 6,94% ke level Rp 2.010/unit pada perdagangan kemarin. Saham INDY juga terkena level ARB-nya kemarin. Dalam sepekan terakhir, saham INDY masih terpantau melesat 5,79%.

Tercatat nilai transaksi INDY mencapai Rp 162 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 80 juta lembar saham. Seperti saham ADRO, asing juga masih mengoleksi saham INDY sebesar Rp 19,3 miliar di pasar reguler.

Berikutnya di posisi ketiga terdapat saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) yang anjlok 6,92% ke posisi Rp 3.630/unit pada perdagangan Kamis kemarin. Sepekan terakhir, saham MBAP mulai ambles hingga 8,33%.

Nilai transaksi saham MBAP mencapai Rp 3,5 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 974 ribu lembar saham. Asing tercatat melakukan net buy di saham MBAP sebanyak Rp 343 juta di pasar reguler.

Sedangkan pelemahan paling minor dibukukan oleh saham batu bara BUMN, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang ambrol 5,63% ke posisi harga Rp 2.680/unit pada Kamis kemarin.

Meskipun terkoreksi dalam, namun saham PTBA berhasil selamat dari zona ARB pada perdagangan kemarin. Dalam sepekan terakhir, saham PTBA juga mulai terkoreksi hingga 2,9%.

Adapun nilai transaksi PTBA kemarin mencapai Rp 324 miliar dan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 119 juta lembar saham. Asing juga tercatat melakukan net buy sebanyak Rp 115 miliar di pasar reguler.

Pada Rabu lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat mencapai US$ 236/ton. Ambles 15,71% dibandingkan sehari sebelumnya.

Wajar saja, harga batu bara sudah naik selama 10 hari beruntun. Selama 10 hari tersebut, kenaikannya mencapai 57,04%.

Walau pada Rabu lalu anjlok, tetapi talam seminggu terakhir harga batu bara masih membukukan kenaikan 37,95% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 32,32%.

Sejak akhir 2020 (year-to-date/YTD), harga komoditas ini meroket 188.68%. Rasanya tidak ada komoditas lain yang mengalami kenaikan harga setajam batu bata.

Kenaikan harga batu bara dalam 10 hari terakhir terjadi di tengah melonjaknya harga gas alam, setidaknya hampir sepekan terakhir. Dalam sepekan terakhir, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) naik 5,19%. Selama sebulan ke belakang kenaikannya mencapai 26,12% dan secara year-to-date meroket 126,9%.

Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 89,4/MWh pada 5 Oktober 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 58,06/MWh. Ini membuat batu bara kembali menjadi primadona, bahkan di Eropa yang menjunjung tinggi isu ramah lingkungan.

"Melihat situasi di Eropa, gas alam sudah tidak lagi bisa bersaing dengan batu bara. Akibatnya, penggunaan batu bara semakin meningkat," sebut kajian ELS Analysis, konsultan energi yang berbasis di Swedia, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu pada perdagangan Kamis pukul 23:50 malam WIB, harga batu bara Newcastle kembali melanjutkan pelemahannya, yakni ambles 4,66% ke level harga US$ 225/ton.

Kembali melemahnya harga batu bara pada Kamis malam waktu Indonesia berpotensi kembali menjadi sentimen negatif bagi saham-saham pertambangan batu bara pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara To The Moon, Naik Tak Henti Dekati Rekor Tertinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular