Batu Bara Ambrol! Harga Anjlok 15% dalam Sehari...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 October 2021 06:19
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakart, CNBC Indonesia - Akhirnya harga batu bara turun juga. Apa mau dikata, harga si batu hitam memang sudah naik luar biasa.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 236/ton. Ambles 15,71% dibandingkan hari sebelumnya.

Harap maklum, harga batu bara sudah naik selama 10 hari beruntun. Selama 10 hari tersebut, kenaikannya mencapai 57,04%. Wow...

Walau hari ini anjlok, tetapi talam seminggu terakhir harga batu bara masih membukukan kenaikan 37,95% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 32,32%.

Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga komoditas ini meroket 188.68%. Rasanya tidak ada komoditas lain yang mengalami kenaikan harga setajam silet, eh batu bara.

Kenaikan harga gas alam menjadi faktor utama lonjakan harga batu bara. Saat gas alam semakin mahal, maka insentif untuk berpaling ke sumber energi primer alternatif meningkat. Salah satunya adalah batu bara.

Dalam sepekan terakhir, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) naik 5,19%. Selama sebulan ke belakang kenaikannya mencapai 26,12% dan secara year-to-date meroket 126,9%.

Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 89,4/MWh pada 5 Oktober 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 58,06/MWh. Ini membuat batu bara kembali menjadi primadona, bahkan di Eropa yang menjunjung tinggi isu ramah lingkungan.

"Melihat situasi di Eropa, gas alam sudah tidak lagi bisa bersaing dengan batu bara. Akibatnya, penggunaan batu bara semakin meningkat," sebut kajian ELS Analysis, konsultan energi yang berbasis di Swedia, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Pasokan Bakal Berlimpah, Awas Harga Bisa Turun!

Selain faktor harga gas alam, tingginya permintaan juga mendongkrak harga batu bara. Tidak lama lagi belahan bumi bagian utara (northern hemisphere) akan memasuki musim dingin. Kebutuhan akan pemanas ruangan meningkat. Pemanas ruangan memerlukan listrik, dan listrik itu kini dihasilkan dari batu bara karena harga gas semakin tidak terjangkau.

Namun, tingginya harga batu bara akan memacu produsen untuk memproduksi lebih banyak. Pada akhirnya, pasokan akan kembali berlimpah sehingga bisa membuat harga terkoreksi.

"Saat ini permintaan batu bara sudah pulih dan kembali ke level sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Harga pun reli ke level tertinggi selama lebih dari satu dekade.

"Tingginya keuntungan dari menjual batu bara akan membuat produsen melempar lebih banyak pasokan ke pasar meski secara bertahap. Peningkatan pasokan ini akan menjadi faktor penekan harga dalam jangka menengah," jelas Toby Hassall, Analis Refinitiv, dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular