Gelombang Gagal Bayar Utang di China Bikin Harga Timah Turun

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
05 October 2021 16:25
Timah solder. Ist
Foto: Timah solder. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Badai gagal bayar utang properti China memicu kekhawatiran investor terhadap ekonomi China membuat harga timah tertekan.

Harga timah pada Selasa (5/10/2021) pukul 15:25 WIB tercatat US$ 34.322,50/ton. Turun 0,56% dari posisi perdagangan kemarin.

timahSumber: Investing.com=

Di tengah krisis utang raksasa properti Evergrande, pasar properti China kembali mendapat tekanan setelah salah satu pengembang properti Negeri Tirai Bambu, Fantasia Holdings, mengalami gagal bayar (default) atas pembayaran kupon obligasinya.

Kejadian ini memicu kekhawatiran bahwa perusahaan properti lainnya juga diperkirakan akan mengalami gagal bayar, yakni Sinic Holdings.

Atas hal ini lembaga pemeringkat utang Fitch Ratings dan S&P Global akhirnya menurunkan peringkat utang kedua pengembang properti China. Dampak dari gagal bayar obligasi Fantasia ini diprediksi tidak akan sebesar Evergrande.

Diketahui Evergrande memiliki utang mencapai US$ 300 miliar atau setara dengan Rp 4.290 triliun (kurs Rp 14.300/US$), sementara berdasarkan laporan keuangan semester pertama perusahaan Fantasia hanya memiliki utang 82,9 miliar yuan (US$12,8 miliar) atau setara Rp 183 triliun.

Dalam sebuah laporan yang dirilis sebelum pengajuan perusahaan pada Senin malam, Fitch menyoroti keberadaan obligasi swasta yang tidak diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan dan mengatakan Fantasia telat melakukan pembayaran obligasi sebesar US$100 juta atau Rp 1,43 triliun.

S&P Global Ratings telah menurunkan peringkat Sinic Holdings dari CCC+ menjadi CC. Berdasarkan informasi dari web resmi S&P, peringkat utang "CC" berarti perusahaan saat ini rentan dan bergantung pada kondisi bisnis, keuangan, dan ekonomi yang menguntungkan untuk memenuhi komitmen keuangannya.

Dikutip dari CNBC International, S&P menurunkan peringkat karena Sinic telah mengalami masalah likuiditas yang parah dan bahkan kemampuan membayar utangnya hampir habis.

Bahkan perusahaan pemeringkat asal Negeri Paman Sam ini mengatakan Sinic Holdings akan gagal bayar pada obligasi luar negeri berdenominasi dolar USS$ 246 juta atau Rp 3,52 triliun yang jatuh tempo 18 Oktober mendatang.

Dampak dari rentetan perusahaan yang gagal bayar ini menimbulkan kecemasan di kalangan investor terhadap melemahnya permintaan logam dari China karena gangguan pemulihan ekonomi. Padahal China saat ini masih menghadapi krisis listrik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Timah Terpukul Oleh Dua Kabar Buruk dari China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular