
Utang Rp 4.000 T & Tak Bayar Bunga, Saham Evergrande Digembok

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas bursa saham Hong Kong menangguhkan perdagangan saham raksasa properti China yang terlilit utang jumbo, China Evergrande, pada Senin (4/10/2021), beberapa hari setelah para pemegang obligasi mengatakan sang pengembang properti tersebut berada dalam situasi terdesak seiring perusahaan melewatkan pembayaran bunga obligasi utama kedua.
Melansir Reuters, Senin ini (4/10), Saham anak usaha Grup, Evergrande Property Services Group juga ditangguhkan, berdasarkan pernyataan dari bursa saham Hong Kong. Sementara, saham unit usaha lainnya, China Evergrande New Energy Vehicle, masih bisa diperdangkan di bursa Hong Kong.
Pihak Bursa Hong Kong sendiri tidak menjelaskan mengapa perdagangan saham perusahaan dihentikan, dan tidak jelas siapa yang memprakarsai penangguhan tersebut.
Seiring dengan kabar tersebut, manajemen Evergrande belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Asal tahu saja, saham Evergrande Group telah anjlok 80% sepanjang tahun ini, sementara unit propertinya telah turun 43%.
Seperti diketahui, Evergrande memiliki utang senilai lebih dari US$ 300 miliar atau setara Rp 4.290 triliun, dan hingga saat ini masih terus berjuang untuk mengumpulkan dana. Angka tersebut setara dengan 2% dari produk domestik bruto China.
Krisis likuiditas Evergrande akhir-akhir ini telah memicu kekhawatiran investor bahwa ancaman gagal bayar (default) perusahaan dapat menyebar ke sistem keuangan China. Saat ini, kekhawatiran awal agak mereda setelah bank sentral China berjanji untuk melindungi kepentingan pembeli rumah milik Evergrande.
Adapun, Evergrande Group mengatakan pada Kamis (30/9) pekan lalu, bahwa unit manajemen kekayaannya (wealth management) telah melakukan pembayaran 10% dari produk manajemen kekayaan (WMP), yang sebagian besar dimiliki oleh investor ritel China Daratan, yang jatuh tempo pada tanggal yang sama.
Saat ini, perusahaan yang sempat menjadi pengembang properti terlaris di China tersebut menyatakan, perusahaan akan lebih memprioritaskan pembayaran kepada kreditur domestik daripada pemegang obligasi luar negeri.
Sementara, dua pembayaran utang luar negeri, yang menurut pemegang obligasi gagal dibayar pada tanggal jatuh tempo, terjadi seiring perusahaan--yang memiliki hampir US$ 20 miliar utang luar negeri tersebut--menghadapi tenggat waktu pembayaran kupon obligasi dolar sebesar US$162,38 juta pada bulan depan.
Sebelumnya, mendekati masa tenggat pembayaran bunga obligasi, China Evergrande mengumumkan akan menjual sahamnya senilai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 22 triliun (kurs Rp 14.300/US$) atau 9,9 miliar yuan (kurs Rp 2.211/yuan) di Bank Shengjing ke perusahaan manajemen aset milik negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Chaos Raksasa Properti China Bangkrut, Xi Jinping Turun