
Happy Weekend! Rupiah Hijau di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot

Sebenarnya ada sejumlah sentimen positif yang bisa menopang penguatan rupiah. Pertama, IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia sudah kembali ke zona ekspansi.
Aktivitas manufaktur, yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI), berada di 52,2 pada September 2021. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 43,7.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 50, maka artinya industriawan sedang dalam fase ekspansi.
Sektor manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Saat sektor ini kuat, maka prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan cerah.
Kedua, harga komoditas andalan ekspor Indonesia 'beterbangan'. Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 206,25/ton. Melesat 1,63% sekaligus menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Sementara harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat lebih dari 3% pada perdagangan kemarin. Ini membuat harga melonjak nyaris 8% sepanjang September 2021, setelah bulan sebelumnya melemah 2,63%.
Sepanjang kuartal III-2021, harga CPO meroket 27,67% secara point-to-point. Pada kuartal sebelumnya, harga turun 0,36%.
Lonjakan harga komoditas membuat devisa hasil ekspor yang dinikmati Indonesia semakin banyak. Ketersediaan valas pun memadai, tidak ada kekurangan. Pasokan valas yang berlimpah ini menjadi pijakan bagi rupiah untuk menguat.
Halaman Selanjutnya --> Dolar Punya 'Beking' The Fed
(aji/aji)