Inilah Juara Komoditas Kuartal III: Batu Bara!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 October 2021 14:25
FILE - In this Aug. 12, 2015, file photo, Environmental Protection Agency contractors repair damage at the site of the Gold King mine spill of toxic wastewater outside Silverton, Colo. The Environmental Protection Agency had no rules for working around old mines when the agency inadvertently triggered the massive spill from the Colorado mine that polluted rivers in three states, government investigators said Monday, June 12, 2017. (AP Photo/Brennan Linsley, File)
Foto: Ilustrasi Tambang Emas (AP/Brennan Linsley)

Jakarta, CNBC Indonesia - Naiknya harga komoditas jadi topik terhangat sepanjang kuartal tiga 2021. Beberapa komoditas tambang bahkan mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa seperti batu bara, nikel, aluminium, dan timah.

Isu utama dari naiknya harga komoditas tersebut adalah lonjakan permintaan akibat mulai dibukanya ekonomi dunia setelah terpukul karena Covid-19 (Coronavirus Disease 2019). Namun permintaan yang massif tersebut tidak diimbangi oleh sisi produksi sehingga persediaan menjadi langka.

Pandemi yang merebak membuat para penambang kesulitan untuk produksi. Hal ini membuat persediaan komoditas menurun.

Pergerakan harga komoditas dipengaruhi oleh demand and supply. Ketika permintaan (demand) meningkat sedangkan persediaan (supply) sedikit maka harga akan naik. Sebaliknya, ketika permintaan turun namun persediaan meningkat maka harga akan turun.

Sayangnya kinerja positif komoditas pada kuartal-III mulai terkoreksi pada September karena isu negatif dari China. Aktivitas ekonomi pada bulan Agustus yang lesu, raksasa properti Evergrande diperkirakan akan gagal bayar utang, dan krisis energi jadi momok yang membuat harga komoditas longsor.

Berikut tabel kinerja komoditas sepanjang kuartal-III 2021 yang sudah dirangkum oleh Tim Riset CNBC Indonesia:

Komoditas

Harga Pembukaan

Harga Penutupan

Satuan

Pertumbuhan

Batu Bara

137.75

218.00

US$/ton

58.26%

Sawit

3,736

4,455.00

MYR/kg

19.25%

Aluminium

2,501.75

2,857.50

US$/ton

14.22%

Timah

31,262.50

33,277.50

US$/ton

6.45%

Minyak (Brent)

74.69

78.35

US$/barel

4.90%

Minyak (WTI)

73.5

75.27

US$/barel

2.41%

Seng

2,973.25

3,014.50

US$/ton

1.39%

Emas

1,770.80

1,753.70

US$/oz

-0.97%

Nikel

18,242.50

17,972.50

US$/ton

-1.48%

Tembaga

9,411.75

8,951.00

US$/ton

-4.90%

Karet

148.92

141.29

JPY/kg

-5.13%

Timbal

2,269.75

2,111.00

US$/ton

-6.99%

Perak

26.25

22.093

US$/oz

-15.84%

Dari komoditas yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, batu bara jadi juara komoditas dengan kenaikan 58,26%. Kenaikan batu bara ditopang oleh persediaan yang menipis di tengah permintaan yang meningkat karena pembukaan aktivitas ekonomi. Naiknya harga minyak dan gas juga mempengaruhi kinerja batu bara yang terus mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.

Sawit jadi komoditas yang memiliki kinerja nomer dua sepanjang kuartal-III dengan kenaikan 19,25%. Pembatasan aktivitas yang terjadi di Indonesia dan Malaysia dalam upaya penanganan COVID-19 pada bulan Juli 2021 diprediksi membuat supply sawit menurun jadi pendorong naiknya harga sawit dunia. Selain itu harga sawit juga terdongkrak oleh naiknya harga minyak dunia

Kemudian, Aluminium yang naik 14.22% sepanjang kuartal-III 2021 di urutan ketiga. Pasokan aluminium China yang jatuh menyentuh titik terendah sejak Desember 2020 jadi pendorong harga logam yang telah memecahkan rekor harga tertinggi sejak 13 tahun lalu pada 13 September 2021.

Kinerja minyak dunia meningkat karena didorong berita krisis energi dari Eropa. Krisis energy dipicu oleh kelangkaan gas sehingga membuat harga gas dunia meroket. Minyak sebagai bahan baku energi alternative ikut terdorong. Selain itu harga minyak dunia juga didorong oleh persediaan minyak yang menipis.

Sementara itu kinerja logam dasar mulai menurun di bulan September karena krisis listrik di China. Krisis listrik di China menghambat aktivitas pabrik peleburan logam. Hal ini menyebabkan permintaan logam menjadi menurun dan menekan harga logam.

Perak jadi komoditas dengan kinerja paling 'loyo' sepanjang kuartal-III 2021. Harga perak melemah diikuti oleh emas yang turun 0,97%. Kinerja logam safe haven ini terdampak dari kabar tapering Amerika yang diprediksi akan lebih cepat dan kenaikan suku bunga diprediksi pertengahan 2022, lebih cepat dari perkiraan awal tahun 2023.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Timah Juara, Batu Bara Sengsara!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular