Waspada! Tembaga Naik Tapi Dihantui Ekonomi China yang Lesu

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Kamis, 30/09/2021 09:20 WIB
Foto: REUTERS/Danish Ismail/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga menguat pada perdagangan pagi ini seiring dengan pelemahan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Namun penguatan harga tembaga juga dibayangi sentiment negatif dari China.

Pada Kamis (30/9/2021) pukul 08:50 WIB, harga tembaga dunia tercatat US$ 9.181,50/ton. Naik 0,27% dibanding harga penutupan kemarin.


Sumber: Investing.com

Indeks dolar AS melemah 0,04% pada perdagangan hari ini karena AS dipastikan akan mengalami shutdown (penutupan) pemerintah federal dan gagal bayar (default) jika legislatif tidak mengetuk palu untuk mengesahkan RUU kenaikan batas utang hingga 1 Oktober 2021.

China sebagai negara ekonomi terkuat setelah AS juga mengalami nasib yang sama. Alih-alih superior, ekonomi China malah loyo. Harga bahan baku meningkat, output turun, krisis energi, kisruh Evergrande, dan aktivitas manufaktur lesu jadi isu utama China yang membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi China 2021 dipangkas.

Goldman Sachs, bank investasi yang berbasis di AS, menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi 7,8% dari 8,2%.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa sebanyak 44% dari aktivitas industri China telah melambat, yang menyebabkan penurunan satu poin persentase dalam pertumbuhan PDB tahunan pada kuartal ketiga, dan penurunan dua poin dari Oktober hingga Desember.

"Ketidakpastian yang cukup besar tetap ada di kuartal keempat, dengan risiko naik dan turun yang berkaitan terutama dengan pendekatan pemerintah untuk mengelola tekanan Evergrande, ketatnya target perbaikan lingkungan dan tingkat pelonggaran kebijakan," sebut riset Goldman Sachs.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi