
Batu Bara Rekor US$ 200/ton, Deretan Taipan RI Ini Kian Kaya!

Penguatan harga batu bara ini tentunya diproyeksikan bakal mengerek pendapatan perusahaan di kuartal III tahun ini dan berimbas pada performa laba emiten-emiten baru bara.
Dengan demikian, para pemilik perusahaan batu bara akan mendapatkan cuan dari dua hal, pertama, dividen dari laba bersih dan kedua dari pergerakan harga saham emiten batu bara.
Siapa saja yang diuntungkan dari meningkatnya harga batubara tahun ini?
Berikut Tim Riset CNBC Indonesia coba merangkum beberapa individu, keluarga atau konglomerat penguasa industri batubara Indonesia.
1. Low Tuck Kwong
Dato' Dr. Low Tuck Kwong, dilahirkan di Singapura 17 April 1948 dan berganti kewarganegaraan menjadi WNI pada 1992 memperoleh pundi-pundi dari kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Titik balik kesuksesannya terjadi pada tahun 1997 ketika ia mengakuisisi tambang batubaranya pertamanya yaitu PT Gunungbayan Pratamacoal.
BYAN merupakan emiten dengan kapitalisasi terbesar yang fokus utama bisnis pertambangan batubara. Tercatat kapitalisasi pasar mencapai Rp 49,50 triliun, lebih besar dari Grup Adaro ataupun emiten tambang batu bara pelat merah Bukit Asam (PTBA).
Hingga tengah tahun ini (semester I) pendapatan Bayan tercatat naik 47% menjadi US$ 1,02 miliar (Rp 14,63 triliun), sedangkan laba bersihnya meningkat 387% menjadi US$ 337,05 juta (Rp 4,82 triliun).
Berdasarkan data real time billionaire yang dirilis Forbes, per 20 September 2021 Low Tuck Kwong tercatat sebagai taipan terkaya nomor 16 di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$ 1,20 miliar atau setara dengan Rp 17,16 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
Mengacu data BEI per Selasa (28/9), dalam sebulan terakhir harga saham BYAN tercatat naik 49%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 60%.
2. Trio Boy Thohir, TP Rachmat, Edwin Soeryadjaya & Subianto
Kakak kandung Menteri BUMN RI Erick Thohir yakni Garibaldi 'Boy' Thohir bersama TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yang ketika pertama kali melantai di bursa tahun 2008 silam berhasil memperoleh dana IPO (penawaran umum saham perdana) terbesar sepanjang sejarah yang baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh PT Bukalapak Tbk (BUKA).
Satu lagi yang juga memiliki saham perusahaan yakni Arini Saraswaty Subianto, anak tertua dari mendiang taipan Benny Subianto. Arini masuk urutan 43 terkaya versi Forbes 2020 dengan kekayaan US$ 610 juta atau Rp 8,7 triliun.
Lokasi penambangan Adaro tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan, selain itu terdapat juga situs penambangan berlokasi di Australia yang baru diakuisisi tahun 2018 lalu.
Beberapa perusahaan pertambangan di bawah Adaro Group antara lain PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), PT Bhakti Energi Persada (BEP) dan banyak lagi.
Selain perusahaan tambang, Boy dan TP Rachmat juga masih punya banyak perusahaan lainnya.
Hingga tengah tahun ini pendapatan Adaro tercatat naik 15% menjadi US$ 1,56 miliar (Rp 22,34 triliun), sedangkan laba bersihnya meningkat 10% menjadi US$ 169,96 juta (Rp 2,43 triliun).
Data real time billionaire Forbes mencatat TP Rachmat sebagai taipan terkaya nomor 12 di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$ 2,00 miliar atau setara dengan Rp 28,6 triliun.
Dalam sebulan terakhir harga saham ADRO tercatat naik 31%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 34%.
NEXT: Ada Kiki Barki hingga Sudwikatmono
