
Batu Bara Rekor US$ 200/ton, Deretan Taipan RI Ini Kian Kaya!

3. Kiki Barki
Kiki Barki Makmur adalah pengusaha batu bara pemilik PT Harum Energy Tbk (HRUM). Tahun 2010 silam namanya masuk dalam daftar 40 Orang Terkaya Indonesia versi Majalah Forbes dengan kekayaannya mencapai US$ 1,7 miliar. Terakhir kali namanya muncul di daftar orang terkaya Forbes adalah pada tahun 2013 dengan kekayaan US$ 680 juta.
Meskipun telah lama absen di datar Forbes, kekayaan Kiki Barki tentu masih sangat besar mengingat bisnis batubara miliknya ikut terdongkrak oleh kenaikan harga komoditas tersebut.
Harum Energy merupakan induk perusahaan yang didirikan pada tahun 1995, dengan portofolio usaha di bidang pertambangan batu bara dan kegiatan logistik berlokasi di Kalimantan Timur, Indonesia. Melalui PT Karunia Bara Perkasa Kiki Barki menguasai 79,79% saham HRUM.
Hingga tengah tahun ini pendapatan HRUM tercatat naik 13% menjadi US$ 108,96 juta (Rp 1,56 triliun), sedangkan laba bersihnya malah ambles 52% menjadi US$ 10,35 juta (Rp 148,01 miliar).
Dalam sebulan terakhir harga saham HRUM tercatat naik 70%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 59%.
4. Jardine Matheson (Grup Astra)
Konglomerasi Grup Astra yang memiliki gurita bisnis di berbagai sektor, juga memiliki unit pertambangan batu bara, selain sektor otomotif dan jasa keuangan. Bisnis tambang batubara Grup Astra dilakukan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) yang sahamnya 59,50% dimiliki oleh Astra.
Bisnis tambang batu bara memang bukanlah merupakan segmen bisnis utama UNTR, akan tetapi kontribusi yang diberikan cukup signifikan. Segmen usaha pertambangan batubara UNTR dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA).
Sampai dengan bulan Juni 2021 total penjualan batubara mencapai 6,3 juta ton, termasuk 1,4 juta ton batu bara metalurgi. Sejalan dengan peningkatan volume penjualan dan harga rata-rata, pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara naik sebesar 23% menjadi Rp7,5 triliun.
Hingga tengah tahun ini pendapatan UNTR secara keseluruhan tercatat naik 11% menjadi Rp 37,31 triliun, sedangkan laba bersihnya meningkat 11% menjadi Rp 4,51 triliun.
Dalam sebulan terakhir harga saham UNTR tercatat naik 22%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 15%.
Pemegang saham pengendali Astra (50,11% saham) yakni Jardine Matheson, perusahaan investasi asal Hong Kong-Inggris, lewat anak usahanya Jardine Cycle & Carriage Ltd.
5. Keluarga Sudwikatmono dan Lo Kheng Hong
Indika Group yang merupakan singkatan dari Industri Media dan Informatika telah berkembang menjadi salah satu perusahaan energi terdiversifikasi di Indonesia dengan portofolio bisnis yang mencakup sumber daya energi, jasa energi dan infrastruktur.
Masuknya Indika ke industri batu bara dimulai dengan mengakuisisi PT Kideco Jaya Agung pada tahun 2004 dengan harga senilai US$ 150 juta. Bersama anak usahanya, Indika tercatat merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar dalam negeri.
Selanjutnya, bisnis Indika terus berkembang dengan mengakuisisi PT Petrosea Tbk (PTRO) pada 2009.
Indika Energy mencatatkan laba bersih US$ 12,01 juta atau setara dengan Rp 174 miliar (kurs Rp 14.500/US$) di 6 bulan pertama tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih US$ 21,92 juta atau Rp 318 miliar.
Dengan demikian laba per saham menjadi US$ 0,0023 dari sebelumnya rugi per saham US$ 0,0042.
Sementara itu pendapatan PTRO juga naik 10% menjadi US$ 193,90 juta dan laba bersih meningkat 30% menjadi US$ 11,76 juta.
Dalam sebulan terakhir harga saham INDY tercatat naik 32%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 34%. Sementara itu harga saham PTRO dalam sebulan terakhir tercatat naik 7%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 24%.
Saham INDY dipegang oleh PT Indika Inti Investindo sebesar 37,79%, 30,65% dikuasai PT Teladan Resources dan 31,28% dikuasai investor publik.
Pemilik saham mayoritas Indika Inti adalah Agus Lasmono Sudwikatmono. Situs resmi INDY mencatat, Agus Lasmono adalah pendiri dan pemilik Indika Energy, sebelumnya dia menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Indika Energy dari tahun 2007 sampai 2017.
Pada 2010, Agus Lasmono masuk menjadi salah satu anak muda terkaya versi Forbes dengan kekayaan mencapai US$ 845 juta saat itu atau sekitar Rp 12 triliun kurs saat ini Rp 14.300/US$).
Satu lagi yang juga berpotensi cuan yakni investor Lo Kheng Hong (LKH) yang memegang 15,01% atau sebanyak 151.422.200 saham PTRO, anak usaha INDY. LKH sebelumnya resmi menjual semua kepemilikan sahamnya di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) sebanyak 107.012.600 saham (6,115%), mengikuti INDY yang juga melepas saham MBSS.
6. Keluarga Bakrie
Grup Bakrie tercatat memiliki bisnis di hampir semua sektor penting perekonomian. Gurita bisnis Grup Bakrie mencakup bisnis pertambangan, energi, infrastruktur, jasa keuangan, kesehatan, telekomunikasi, media, perkebunan hingga teknologi.
Roda bisnis bidang pertambangan milik Grup Bakrie dilaksanakan oleh PT Bumi Resources Tbk(BUMI) yang mana ketiga anak Nirwan Bakrie menjabat posisi penting di Grup Bumi, mulai dari jabatan presiden direktur hingga anggota komisaris.
BUMI mengendalikan dua raksasa tambang batu bara tanah air yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Hingga paruh pertama tahun ini pendapatan BUMI tercatat turun 4% menjadi US$ 421,86 juta, sedangkan perusahaan mampu memperoleh laba bersih US$ 1,89 juta dari semula mengalai kerugian US$ 86,11 juta pada Juni 2020 lalu.
Dalam sebulan terakhir harga saham BUMI tercatat naik 20%, sedangkan selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 10%.
Selain yang telah disebutkan di atas masih terdapat beberapa konglomerasi besar penguasa industri batu bara nasional, seperti emiten pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang hingga paruh pertama tahun ini mencatatkan kenaikan pendapatan 14% menjadi Rp 10,29 triliun dengan laba bersih juga meningkat 38% menjadi Rp 1,79 triliun.
Grup Sinarmas juga memiliki usaha tambang batu bara yang berlokasi di Berau Kalimantan Timur yang bisnisnya dijalankan oleh PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Beberapa pemain besar lainnya termasuk PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) milik Banpu Minerals Singapura dan emiten milik Luhut Binsar Pandjaitan, TBS Energi Utama Tbk (TOBA).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
