Analisis

Erick Sebut Sawit Swasta Cuan, Sawit BUMN Loyo, Cek Faktanya!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
29 September 2021 10:10
Bongkar Muat Minyak Crude Palm Oil (CPO) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Menteri BUMN Erick Thohir (ist)

SGRO

Pendapatan SGRO pada semester pertama 2021 meningkat 66% menjadi Rp 2,66 triliun dari semula Rp 1,60 triliun pada tengah tahun lalu.

Hal ini ikut menggenjot laba perusahaan yang terbang menjadi Rp 386,86 miliar dari sebelumnya hanya mampu mencatatkan laba Rp 971 juta, yang salah satunya diakibatkan oleh krisis awal pandemi.

DSNG

Reli harga CPO, berkontribusi terhadap peningkatan laba DSNG semester pertama tahun ini yang tercatat naik 14% menjadi Rp 207,50 miliar dari sebelumnya Rp 181,74 miliar pada posisi akhir Juni tahun lalu.

Pendapatan perusahaan tercatat mengalami kenaikan tipis menjadi Rp 3,30 triliun dari semula Rp 3,15 triliun.

Bagaimana dengan Rapor Keuangan PTPN?

Sebenarnya, kendati disebutkan Erick Thohir bahwa PTPN memiliki utang mencapai Rp 47 triliun, manajemen PTPN III menyatakan saat ini perseroan sudah berhasil menorehkan kinerja positif pada semester I tahun ini.

Tercatat laba bersih perusahaan, dalam hal ini PTPNĀ III sebagai Holding BUMN Perkebunan, melesat 227% atau mencapai Rp 1,45 triliun dari sebelumnya rugi dalam 2 tahun terakhir.

Hanya saja, kendati mulai pulih dan mencatat laba, manajemen PTPN III menyampaikan dengan torehan ini ternyata masih banyak anak usaha yang PTPN yang masih mengalami beban secara finansial.

"Beban finansial juga beragam, PTPN yang sehat itu hanya PTPN 3, PTPN 4, dan PTPN 5, lainnya punya persoalan finansial masing-masing," jelas Dirut PTPN III, Muhammad Abdul Ghani, dalam program Squawk Box bersama Aline Wiraatmadja, CNBC Indonesia, Kamis (16/9/2021).

PTPN dan Lilitan Utang Rp 47 Triliun

Utang PTPN yang menggunung tersebut tidak hanya berasal dari kredit bank-bank Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) dan bank swasta dalam negeri, melainkan juga berasal dari bank-bank asing.

Untuk itu, dalam proses restrukturisasi utang kepada 50 bank tersebut, diharapkan PTPN bisa menunjukkan kinerjanya yang baik setelah terjadi restrukturisasi utang atas bank-bank tersebut.

Belum lama ini, Erick menyebut beban utang 'segunung' yang dicatatkan PTPN merupakan bentuk korupsi yang terselubung yang berlangsung sejak lama. Hal ini dia sampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu (22/9/2021) lalu.

Korupsi terselubung tersebut membuat perusahaan akhirnya terbebani utang hingga Rp 43 triliun yang mulai diperbaiki oleh manajemen baru. Sehingga aksi korupsi tersebut harus diungkap dan orang yang bertanggungjawab terhadap hal itu harus dituntut.

"Contoh di PTPN ada step-nya di mana step yang harus dilakukan ketika PTPN punya utang Rp 43 triliun dan ini merupakan penyakit lama dan kita sudah tahu dan ini suatu yang saya rasa korupsi terselubung, harus dibuka dan dituntut yang melakukan ini," kata Erick, Rabu (22/9/2021).

Lantaran tingginya beban utang in, saat ini PTPN harus melakukan restrukturisasi utang dengan nilai tertinggi yang pernah dilakukan oleh BUMN. Utang ini berupa pinjaman PTPN secara konsolidasi kepada bank dalam negeri dan asing.

Selain itu, untuk mempertahankan operasionalnya, mau tak mau perusahaan ini harus melakukan efisiensi keuangan.

Pada April 2021 lalu perusahaan ini telah menyelesaikan restrukturisasi atas utang banknya senilai kurang lebih Rp 45,3 triliun.

Restrukturisasi terakhir ini dilakukan atas kredit dari bank asing yang ditandai dengan ditandatanganinya Intercreditor Agreement (ICA) dengan seluruh 18 anggota kreditur sindikasi dolar AS dan SMBC Singapore selaku agen.

Nilai kredit yang direstrukturisasi dari bank asing ini dengan limit senilai US$ 390,60 juta atau juga dirupiahkan dengan kurs saat ini mencapai Rp 5,46 triliun (asumsi Rp 14.000/US$).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular