Menanti Raksasa Teknologi dari RI, Siapa yang Jadi Penguasa?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
28 September 2021 15:05
Infografis: Bikin Bangga! Ini 5 Karya Anak Bangsa yang Mendunia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Tech boom yang mulai ramai beberapa tahun ke belakang semakin dipercepat akibat situasi pandemi. Kondisi ini tidak hanya di negara maju seperti AS melainkan juga di hampir semua ekonomi termasuk di pasar emerging market seperti Indonesia.

Keterbatasan ruang gerak dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan-perusahaan teknologi. Hal-hal dasar seperti belanja baik untuk leisure maupun kebutuhan pokok, pembelajaran, konsultasi dokter, pembayaran dan sektor finansial, hingga hiburan kini semua dilakukan secara daring.

Ekonomi baru ini tentu akan menantang status quo emiten-emiten konglomerasi raksasa yang masih bergeming dan puas diri akan kinerja bisnis yang terbukti ampuh menghasilkan keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun.

Saat ini setidaknya ada lima perusahaan besar teknologi di Tanah Air, tiga diantaranya adalah pemain baru yakni GoTo, Sea Grup, Grab, sedangkan dua lainnya bagian dari konglomerasi lama yaitu Emtek, dan Grup Djarum.

Hal itu terungkap dalam riset terbaru PT Syailendra Capital bertajuk Syailendra Market Insight periode 24 September.

Lima grup ini terus melengkapi ekosistem bisnis digital sebagai new economy yang terdiri dari 6 lini bisnis utama, yakni e-commerce, financial, streaming, logistik, food delivery dan fresh product.

Dari kelima grup tersebut, hanya GoTo grup yang sudah memenuhi semuanya. Misalnya, untuk e-commerce mereka memiliki Tokopedia, Bank Jago di bisnis finansial, Go-Play di bisnis streaming.

Go-Send dan Anteraja untuk logistik, Go-Food di bisnis pengantaran makanan dan Hypermart, yang dikelola emiten Grup Lippo, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPAA), untuk fresh product.

Sementara itu, Sea Grup asal Singapura, saat ini sudah memiliki Shopee, Seabank, Shopee Express dan Shopee Food. Mereka belum memiliki bisnis streming dan fresh product.

Grab Group dari Singapura saat ini juga sudah memiliki OVO, Grab Express, dan Grab Food. Mereka masih memiliki gap di bisnis e-commerce, streaming dan fresh product.

Lainnya, Emtek Grup (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK) juga terus gencar berinvestasi di bisnis digital. Saat ini Grup Emtek menjadi pengendali di PT Bukalapak Tbk (BUKA), DANA di bisnis finansial, dan Vidio untuk bisnis streaming. Namun, masih ada gap di bisnis logistik, pengantaran makanan dan fresh produt.

Bertambah lagi mereka juga sudah punya rumah sakit PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), pengelola Omni Hospitals, dan PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), pengelola RS Grha Kedoya.

Sedangkan, Grup Djarum tercatat sudah memiliki Blibli, Blu untuk bank digital, Mola TV di bisnis streaming dan Ranch Market. Djarum masih memiliki gap di bisnis logistik dan food delivery.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto mengungkapkan, secara tren, ke depannya saham-saham berbasis new economy akan terus bertumbuh. Dia pun mengakui, saat ini saham Bukalapak termasuk dalam salah satu portofolio perseroan.

Dia menilai, pada saat ini, perbaikan laporan keuangan menuntut investor cukup realistis dengan mengalihkan investasi mereka saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45 yang sejak awal tahun ini masih terkoreksi. Untuk itu, emiten di sektor new economy harus membuktikan kinerjanya agar semakin menarik bagi investor.

(hps/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular