Bank Sentral China Suntik Rp 220 T, Dolar Australia Naik Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 27/09/2021 13:08 WIB
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) lagi-lagi menyuntikkan likuiditas di sistem perekonomian yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Alhasil, dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (27/9).

Pada pukul 13:38 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.377,6, dolar Australia menguat 0,28% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

PBoC pada hari ini menyuntikkan likuiditas sebesar 100 miliar yuan (US$ 15,47 miliar) atau sekitar Rp 220 triliun ke perekonomian. Dengan demikian sejak pekan lalu, total bank sentral China ini menyuntikkan likuiditas sebesar miliar yuan, terbesar sejak Januari lalu.


Suntikan likuditas yang dilakukan PBoC guna menenangkan pasar yang dibuat cemas akibat masalah krisis utang raksasa properti China, Evergrande Group.

"Injeksi dari PBOC mungkin bertujuan untuk meredakan kekhawatiran di pasar akibat Evergrande. Namun di samping itu ada juga kebutuhan untuk mencegah dampak ke ekonomi dan sektor lain," ujar Analis dari DBS Bank Singapura, Eugene Leow.

Evergrande Group yang berisiko gagal bayar membuat sentimen pelaku pasar memburuk di awal pekan lalu. Hingga saat ini, investor masih menanti perkembangan kasus Evergrande yang harus membayar bunga obligasi jatuh tempo berdenominasi dolar AS pada Kamis pekan lalu senilai US$ 83 juta. Total utang Evergrande dilaporkan sebesar US$ 305 miliar.

Pihak Evergrande sampai sekarang belum ada berkomentar dan punya waktu 30 hari sebelum secara teknis dikatakan gagal bayar (default).

Evergrande merupakan raksasa pengembang di China, memiliki 1.300 bangunan di 280 kota. Evergrande juga berinvestasi di perusahaan mobil listrik, media, tim sepakbola, dan lain-lainnya.

Reuters yang mengutip Caixin Minggu kemarin melaporkan beberapa pemerintah daerah China telah menyiapkan rekening kustodian khusus untuk proyek perumahan yang dijalankan Evergrande. Rekening tersebut bertujuan untuk memastikan pembayaran yang dilakukan pembeli rumah digunakan untuk proyek perumahan Evergrande, bukan untuk keperluan lain, misalnya pembayaran ke kreditur.

Setidaknya, ada 8 provinsi di China yang sudah melakukan hal tersebut, dimana proyek Evergrande belum rampung.

Pergerakan dolar Australia sangat sensitif terhadap dinamika yang terjadi di China. Sebab, Negeri Tirai Bambu merupakan mitra dagang utama Negeri Kanguru.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Q1-2025, Ekonomi Australia Tumbuh 1,3% (yoy)