
Bank Sentral Mulai Agresif Naikkan Suku Bunga, BI Bakal Ikut?

Pada Agustus lalu, BI memproyeksikan kemungkinan suku bunga naik di akhir tahun depan.
"Sudah ada rencana exit policy dari BI dengan mengurangi likuiditas sedikit-sedikit. Baru kemungkinan akhir 2022 masalah suku bunga. Tentu saja ada data yang harus kita lihat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (24/8/2021).
Dengan proyeksi tersebut BI sebenarnya ahead the curve saat itu.
Ahead the curve, merupakan jargon yang sering kali disebutkan Gubernur BI Perry Warjiyo pada tahun 2018 lalu.
Jargon ahead the curve yang dimaksud Perry mengacu kepada sikap hawkish yang diterapkannya dalam merespons normalisasi tingkat suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral AS (The Fed).
Pada bulan Juni lalu, The Fed memproyeksikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023, artinya BI ahead the curve.
Tetapi dalam pengumuman kebijakan moneter terbaru di pekan ini, The Fed kini memproyeksikan suku bunga naik di tahun depan. Setiap akhir kuartal, The Fed akan memberikan proyeksi suku bunganya, terlihat dari dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.
![]() |
Dalam dot plot yang terbaru, sebanyak 9 orang dari 18 anggota Federal Open Market Committee (FOMC) kini melihat suku bunga bisa naik di tahun depan. Jumlah tersebut bertambah 7 orang dibandingkan dot plot edisi Juni. Saat itu mayoritas FOMC melihat suku bunga akan naik di tahun 2023.
Dengan tapering yang kemungkinan dimulai Desember nanti, dan selesai pertengahan tahun depan. Ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, dan ada risiko BI menjadi behind the curve.
Jika itu terjadi, maka ada risiko terjadi capital outflow dari Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]