Siapin Kocek! Ini 5 Saham Blue Chip Paling 'Mahal' di Bursa

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
24 September 2021 12:25
Chandra Asri
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Selain duo Grup Saratoga di atas, saham emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, TPIA, juga mencatatkan PER yang tinggi, yakni 42,85 kali. Angka ini sedikit di atas rerata PER industri sebesar 41,66 kali. Rasio PBV TPIA yang sebesar 6,05 kali juga berada di atas rata-rata industri (4,84 kali).

Hanya emiten properti SMRA yang memiliki PBV mendekati 1 kali, yakni 1,97 kali--sesuai dengan rerata industri. Namun, PER SMRA berada di atas rule of thumb sebesar 37,06, kendati masih berada di bawah rerata industri (64,19 kali).

Tidak ketinggalan, emiten pengelola rumah sakit (RS) Mitra Keluarga milik pendiri PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Boenjamin Setiawan, MIKA, juga memiliki PER dan PBV yang tinggi, masing-masing 32,26 kali dan 6,89 kali.

Dari kelima emiten di atas, tiga emiten berhasil membukukan kenaikan laba bersih sepanjang semester I 2021, yakni TBIG, SMRA, dan MIKA.

Kemudian, satu emiten membalik rugi menjadi laba bersih, yakni TPIA. Lalu, satu emiten sisanya, MDKA, mengalami penurunan laba bersih sepanjang 6 bulan pertama tahun ini.

TBIG, misalnya, membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 663,26 miliar pada semester pertama tahun ini. Kenaikan ini terutama ditopang oleh kenaikan pendapatan dari penyewa pihak ketiga.

Perolehan laba bersih tersebut meningkat 29,92% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 510,48 miliar.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, pada semester pertama tahun ini, TBIG mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 16% menjadi Rp 2,97 triliun dari sebelumnya Rp 2,57 triliun.

Contoh lain, TPIA, berhasil membalikkan kinerja rugi yang dialami pada 6 bulan tahun lalu, menjadi laba bersih di semester I-2021 di tengah pandemi Covid-19.

Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini mencatatkan laba bersih US$ 164,38 juta atau setara dengan Rp 2,38 triliun (kurs Rp 14.500/US$) di semester I-2021, dari periode semester I-2020 yang menderita rugi bersih US$ 40,12 juta atau setara Rp 582 miliar.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan, pada 30 Juli 2021, pendapatan naik 50% menjadi US$ 1,26 miliar atau setara Rp 18,27 triliun, dari periode yang sama tahun lalu US$ 839,28 juta atau Rp 12,17 triliun.

Kabar teranyar, TOP Investment Indonesia (TII), anak usaha dari Thai Oil Public Company Limited (Thai Oil), resmi menjadi investor baru TPIA melalui skema penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue baru-baru ini.

Asal tahu saja, indeks LQ45 adalah indeks pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu di antaranya termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir, nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, emiten tersebut telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan, memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi, serta mengalami penambahan bobot free float (saham publik) menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam porsi penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan oleh Divisi Riset BEI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular