Jakarta, CNBC Indonesia - Badai menghantam pasar modal dunia. Sejumlah bursa utama dunia longsor karena ketakutan akan potensi gagal bayar yang dialami raksasa properti China, Evergrande.
Pelemahan bursa global terjadi sejak kemarin, bahkan hingga ke Wall Street. Hari ini, bursa Asia juga dibuka melemah, di mana investor terus memantau pergerakan pasar saham China, setelah dua hari ditutup karena libur nasional.
Lalu bagaimana kronologinya?
Semua dimulai sejak awal pekan lalu. Perusahaan dilaporkan terancam gagal membayar utang.
Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mampu menjual aset properti yang dimiliki untuk melunai utang. Nilanya fantastis mencapai US$ 300 miliar sekitar Rp 4.275 triliun.
Arus kas berada di bawah "tekanan yang luar biasa". Evergrande juga mengatakan dua anak perusahaannya telah gagal memenuhi kewajiban penjaminan untuk produk manajemen senilai US$ 145juta atau setara Rp 2 triliun yang dikeluarkan pihak ketiga.
"Itu bisa menyebabkan cross-default," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan kepada bursa saham Hong Kong.
Evergrande sebenarnya telah menggandeng Houlihan Lokey (China) Limited dan Admiralty Harbour Capital Limited untuk mencoba mengevaluasi likuiditas perusahaan itu. Perusahaan mengaku mencari jalan terbaik untuk membayar kewajibannya.
"Kami juga berbicara dengan calon investor untuk menjual beberapa asetnya, tetapi sejauh ini tidak ada kemajuan," tambahnya.
Masalah ini pun membuat investor rusuh. Mereka berunjuk rasa untuk menuntut perusahaan membayar kembali pinjaman dan produk keuangan yang mereka tanamkan.
Para investor bahkan marah dan sempat mengepung kantor perusahaan di Shenzen. Sekitar 100 investor memadati lobi gedung perusahaan, di mana ebih dari 60 personil keamanan berjaga-jaga saat massa berteriak memaki perusahaan.
Kasus ini membuat pasar properti China terguncang. Utang Evergrande yang menjadi salah satu yang terbanyak di dunia, telah memicu kekhawatiran akan risiko penularan ke sektor properti yang sudah overhead dan sistem perbankan.
Halaman 2>>
Selama bertahun-tahun, Evergrande telah berkali-kali menghadapi tekanan likuiditas. Tetapi selalu dapat menghindar.
Kali ini, krisis arus kas dan juga kepercayaan sepertinya akan berbeda. Saham Evergrande di Hong Kong anjlok ke level terendah dalam 10 tahun.
Obligasi dalam negerinya jatuh dan menuju gagal bayar. Tiga perusahaan pemeringkat kredit global dan satu perusahaan pemeringkat domestik telah menurunkan peringkat utang Evergrande.
Selama bertahun-tahun, omset, laba dan leverage tinggi membuat pengembang menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh tanah, mengumpulkan uang pra-penjualan sebelum proyek dimulai. Kemudian meminjam lebih banyak uang untuk diinvestasikan dalam proyek baru.
Media bisnis setempat, Caixin juga melaporkan bahwa Evergrande sering melaksanakan penggalangan dana internal. Salah satu produknya disebut "Chaoshoubao," yang berarti "harta karun return super".
Evergrande juga menjual WMP ke publik. Sebagian besar WMP ini menawarkan pengembalian 5-10%, dengan investasi minimum 100.000 yuan.
Karena pengembaliannya lebih tinggi daripada WMP yang biasanya dijual di bank, banyak karyawan Evergrande membelinya dan membujuk keluarga dan teman untuk ikut berinvestasi. Salah seorang karyawan mengatakan biasanya, 20 juta yuan WMP dapat terjual habis dalam waktu lima hari.
Perusahaan juga menjual WMP ke mitra konstruksi. Meskipun tidak wajib bagi perusahaan konstruksi untuk membeli WMP, mereka sering melakukannya demi menjaga hubungan baik dengan Evergrande, berkisar 10% dari piutang proyek.
Sekitar 40 miliar yuan dari produk WMP sekarang jatuh tempo.
Aset terbesar Evergrande adalah kepemilikan lahan. Pada 30 Juni, ia memiliki 778 proyek dengan total luas area lantai yang direncanakan 214 juta meter persegi bernilai 456,8 miliar yuan. Selain itu, ia memiliki 146 proyek pengembangan kembali wilayah perkotaan.
Dalam tiga bulan terakhir, Evergrande telah melakukan pembicaraan dengan China Overseas Land and Investment Ltd., China Vanke Co. Ltd. dan China Jinmao Holdings Group Ltd. untuk kemungkinan penjualan aset lahan. SASAC Shenzhen dan Guangzhou telah mengatur pertemuan dan Evergrande telah mendekati setiap pembeli yang mungkin di pasar, kata sumber.
Namun, tidak ada kesepakatan yang tercapai. Beberapa pembeli potensial mengatakan mereka dapat mempertimbangkan akuisisi melalui kewajiban utang, tetapi Evergrande enggan menjual dengan harga rugi.
Halaman 3>>
Situasi ini dianggap bahaya oleh pemerintah China. PemerintahChina pimpinan Presiden Xi Jinping memutuskan untuk mengumpulkan sekelompok ahli akuntansi dan hukum untuk memeriksa keuangan raksasa properti China Evergrande Group.
Mengutip Al Jazeera, regulator di Provinsi Guangdong disebut telah mengirim tim dari King & Wood Mallesons, sebuah firma hukum yang spesialisasinya mencakup restrukturisasi. Selain itu, atas perintah Beijing, mereka juga mengirimkan penasihat keuangan dan akuntan tambahan untuk menilai pengembang.
Bukan tanpa sebab mengapa pemerintah China turun tangan. Kebangkrutan tersebut berpotensi menjadi tsunami finansial atau seperti yang dikatakan beberapa analis, "Lehman Brothers China".
Runtuhnya bank investasi raksasa Amerika tahun 2008 yang memicu krisis keuangan global. Evergrande sendiri merupakan salah satu dari tiga pengembang terbesar di China, dengan jejak yang cukup signifikan.
Liabilitas perusahaan setara dengan sekitar 2% dari PDB China. Di mana ada lebih dari 200.000 karyawan beserta anggota keluarga lain telah menginvestasikan miliaran yuan pada WMP perusahaan.
Perusahaan memiliki lebih dari 800 proyek yang sedang dibangun, lebih dari setengahnya dihentikan karena kas yang tidak mencukupi. Ada ribuan perusahaan dari hulu ke hilir yang mengandalkan Evergrande untuk bisnis, menciptakan lebih dari 3,8 juta pekerjaan setiap tahun.
Intinya, Evergrande begitu erat terkait dengan ekonomi China yang lebih luas, dari investor ritel hingga perusahaan terkait infrastruktur yang merupakan ukuran permintaan komoditas global. Sehingga kekhawatiran akan penularan telah membuat pasar keuangan gelisah
"Ada sedikit kekhawatiran tentang kemungkinan penularan," tulis analis di Bespoke yang berbasis di New York dalam sebuah catatan penelitian pada hari Selasa.
"Tapi sejauh ini kekhawatiran itu tidak muncul di beberapa bagian pasar kredit yang telah berfungsi dengan baik sebagai tanda bahaya untuk krisis kredit yang lebih luas di masa lalu."