Masih Pagi, Gerombolan Saham Bank Mini Ngacir

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
22 September 2021 09:45
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham bank mini atau bank dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun cenderung menguat pada awal perdagangan hari ini, Rabu (22/6/2021), setelah cenderung melemah pada perdagangan sebelumnya.

Berikut pergerakan saham bank mini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.20 WIB.

  1. Bank Jtrust Indonesia (BCIC), saham +5,41%, ke Rp 234/saham

  2. Bank Jago (ARTO), +3,66%, ke Rp 16.275/saham

  3. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (AGRO), +3,49%, ke Rp 2.370/saham

  4. Bank Oke Indonesia (DNAR), +1,95%, ke Rp 314/saham

  5. Bank IBK Indonesia (AGRS), +1,64%, ke Rp 248/saham

  6. Bank Amar Indonesia (AMAR), +1,35%, ke Rp 300/saham

  7. Bank Victoria International (BVIC), +1,29%, ke Rp 157/saham

  8. Bank Ina Perdana (BINA), +1,00%, ke Rp 4.030/saham

  9. Bank Neo Commerce (BBYB), +1,00%, ke Rp 1.515/saham

  10. Bank Aladin Syariah (BANK), +0,97%, ke Rp 3.120/saham

  11. Bank Capital Indonesia (BACA), +0,94%, ke Rp 430/saham

  12. Bank Ganesha (BGTG), +0,85%, ke Rp 236/saham

  13. Bank IBK Indonesia (AGRS), +0,82%, ke Rp 246/saham

  14. Allo Bank Indonesia (BBHI), +0,57%, ke Rp 3.520/saham

  15. Bank Mestika Dharma (BBMD), +0,54%, ke Rp 1.870/saham

Menurut data di atas, saham BCIC menjadi yang paling menguat dengan kenaikan 5,41% ke Rp 234/saham, setelah terkena suspensi (penghentian perdagangan sementara) pada perdagangan kemarin.

Sebelum disuspensi, saham BCIC sempat mengalami auto rejection bawah (ARB) 7% selama 6 hari beruntun. Adapun dalam sebulan BCIC sudah menyentuh batas ARB sebanyak 15 kali.

Sebelumnya, BEI menyatakan, sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan pada saham BCIC, maka dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham tersebut pada Selasa (21/9).

Kabar teranyar, BCIC berencana untuk menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 4,54 miliar saham.

Mengacu prospektus yang dipublikasikan manajemen BCIC saham baru yang diterbitkan tersebut merupakan saham seri C yang setara dengan 45,40% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perusahaan.

BCIC menetapkan nilai nominal rights issue tersebut Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 330 per saham. Dengan demikian, dari rights issue dari eks Bank Century ini bakal meraup dana sebesar Rp 1,50 triliun.

Di bawah saham BCIC, ada saham ARTO yang naik 3,66%, setelah turun 2,94% pada perdagangan kemarin. Dalam sepekan saham ARTO melesat 10,54%, sementara dalam sebulan turun 1,52%.

Di posisi ketiga dan keempat ada saham AGRO dan DNAR yang masing-masing terkerek 3,49% dan 1,95%. Keduanya sama-sama berhasil rebound dari koreksi selama 3 hari beruntun.

Sebelumnya, sentimen teranyar yang sempat membuat saham bank mini bergairah adalah terkait OJK yang telah merilis aturan baru mengenai Bank Umum pada Kamis (19/8). Peraturan bernomor POJK No. 12/POJK.03/2021 ini berisi 19 bab dan 160 pasal.

Salah satu yang diatur dalam POJK bernomor adalah bank digital yang tercantum di Bab IV dalam aturan ini.

Model bank digital diharapkan bakal membuat bank jauh lebih efisien dalam operasionalnya dan mampu menjadi agile dalam memperluas segmen pasar terutama bagi kalangan yang masih unbanked di Tanah Air dengan potensi besar.

Selain itu kebutuhan kecukupan modal yang baru sebagaimana tercermin dari POJK nomor 12 tahun 2021 yang mensyaratkan bank harus punya modal inti minimal Rp 3 triliun per akhir 2022 jika memang tidak ada parent company berupa bank lain yang menaungi membuat bank-bank mini ini harus mencari pendanaan.

Banyak yang mencari investor strategis baik dari dalam maupun luar negeri untuk menjadi bank digital dengan pertumbuhan paling pesat. Adanya aksi korporasi berupa caplok mencaplok bank oleh bank lain startup hingga investor strategis asing menjadi katalis positif untuk pergerakan harga sahamnya.

Di sisi lain di masa pandemi masyarakat yang semakin agresif dalam mengadopsi teknologi digital juga menjadi pendorong lain. Transaksi mobile banking meningkat pesat. Dengan adanya bank digital diharapkan fee based income bisa ditingkatkan.

Strategi untuk meraup dana murah sehingga menurunkan biaya dana (Cost of Fund/CoF) jadi arena pertempuran para bank digital. Jika hal itu berhasil dicapai maka secara operasional semakin efisien dan profitable. Market yang cenderung forward looking mencoba mem-priced-in fenomena tersebut saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular