
Makin Kaya! Deretan Aksi Crazy Rich Hartono di Pasar Modal RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Duo crazy rich bersaudara yang juga bos Djarum, Robert Budi Hartono dan kakanya Michael Bambang Hartono tentu bukanlah nama yang asing di Indonesia, bahkan bagi kalangan orang kaya dunia.
Keduanya sudah sejak lama dikenal sebagai orang terkaya nomor satu dan dua alias crazy rich di Tanah Air yang memiliki perusahaan-perusahaan beken, mulai dari produsen rokok Djarum, bank swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Polytron, Mola TV, klub sepak bola Como 1907 di Italia, hingga e-commerce Blibli.com dan Tiket.com.
Menurut data real-time di situs media bisnis global Forbes, Jumat (17/9/2021) pukul 06.45 WIB, Robert Budi menduduki peringkat 86 orang terkaya dunia dengan kekayaan US$ 19,5 miliar atau setara dengan Rp 279 triliun (kurs Rp 14.300/US$), naik US$ 5 juta dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Sementara, Michael Bambang menempati posisi 89 orang paling tajir seantero bumi dengan nilai kekayaan US$ 18,8 miliar atau Rp 269 triliun, bertambah US$ 8 juta ketimbang hari sebelumnya.
Akhir-akhir ini, Grup Djarum milik duo Hartono--lewat anak usahanya--aktif berekspansi di pasar modal RI.
Teranyar, menurut pemberitaan pada Kamis (16/9/2021), Blibli.com sedang dalam proses negosiasi untuk mengakuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) atau pengelola supermarket Ranch Market.
Lantas, apa saja gebrakan The Hartono Brother lainnya di pasar modal Tanah Air?
Berikut ini penjelasan singkatnya dimulai dari aksi Grup Djarum terbaru, berdasarkan pemberitaan CNBC Indonesia.
Blibli Bakal Akuisisi Ranch Market
PT Global Digital Niaga atau lebih dikenal dengan Blibli.com dari Grup Djarum saat ini sedang dalam proses negosiasi pengambilalihan RANC.
Dalam keterangan resmi perusahaan di media massa, dipublikasikan Kamis ini manajemen Blibli menyatakan bahwa pada Rabu (15/9/2021) telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Pengikatan Pembelian Saham (PPPS) dengan RANC.
Hal ini sehubungan dengan rencana Blibli untuk mengambil alih atau akuisisi perusahaan pengelola Ranch Market tersebut.
Jumlah saham yang akan diambil alih rencananya sebanyak 797.888.628 saham atau setara dengan 51% dari total modal ditempatkan dan modal disetor RANC yang dimiliki oleh para penjual.
Transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan pengendalian atas RANC (Rencana Pengambilalihan).
"Negosiasi dilakukan secara langsung oleh perseroan dengan para penjual. Dengan bergantung pada pemenuhan seluruh kondisi dan persyaratan sebagaimana diatur dalam PPPS. Rencana pengambilan saham ini ditargetkan selesai selambat-lambatnya 40 hari kalender sesak diteken PPPS," tulis pengumuman tersebut.
Bila ini terealisasi, maka besar kemungkinan rencana IPO ini dilakukan melalui backdoor listing dengan membeli sebanyak 51% saham RANC.
Nilai akuisisi ini diperkirakan mencapai Rp 1,76 triliun jika mengacu pada harga pasar RANC pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level Rp 2.200 per saham.
TOWR 'Caplok' Emiten Menara Lain
Emiten menara telekomunikasi Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), berencana mencaplok dan mengambilalih saham mayoritas emiten menara PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang dilakukan oleh PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) yang merupakan entitas anak dari TOWR.
Berdasarkan laporan informasi atau fakta material yang terbit di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pembelian ini mewakili sekurang-kurangnya 90% dari total modal yang disetor dan ditempatkan dalam SUPR melalui pengambilalihan saham SUPR yang dimiliki oleh 14 perusahaan
Penyelesaian dari rencana pengambilalihan saham ini masih bergantung pada pemenuhan persyaratan kewajiban oleh para pihak yang sebagaimana diatur dalam PJB.
"Kejadian, informasi dan fakta material tersebut di atas tidak berdampak negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha Perseroan," tulis Irfan Ghazali, Corporate Secretary TOWR dikutip CNBC Indonesia Senin (6/9).
Blibli Berencana Melantai di Bursa
Blibli.com dikabarkan berencana melangsungkan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun depan.
Perusahaan disebut telah memilih penasihat terkait rencana Blibli untuk melantai di bursa saham.
"Konglomerat Indonesia Grup Djarum, telah memilih penasihat untuk penawaran umum perdana yang potensial di Jakarta pada awal tahun depan," menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, melansir Bloomberg, Kamis (26/8/2021).
Perusahaan juga bekerjasama dengan Credit Suisse Group AG dan Morgan Stanley untuk menjajaki proses penawaran umum perdana saham. Perusahaan bank investasi lainnya juga masih berpotensi ditambahkan ke dalam daftar penjamin emisi IPO perseroan (underwriter).
Seturut dengan itu, manajemen perusahaan Blibli.com pun angkat suara perihal kabar rencana IPO perusahaan.
VP Public Relations Blibli, Yolanda Nainggolan kepada CNBC Indonesia mengungkapkan, pihaknya belum bisa memberikan komentar lebih lanjut mengenai kabar tersebut, tetapi tidak membantah.
"Kami tidak dapat mengomentari rumor dan spekulasi yang beredar. Namun, sebagai e-commerce Indonesia yang telah beroperasi selama 10 tahun, Blibli diperkuat dengan ekosistem teknologi dan bisnis menyeluruh yang mencakup B2C [business to customer], B2B [business to business], B2B2C, dan B2G [business to goverment] terus fokus dalam mengembangkan bisnis," kata Yolanda, Kamis (26/8/2021).
Namun demikian, pihaknya selalu terbuka dengan berbagai opsi terbaik untuk pengembangan ekosistem Blibli.
Blibli didukung oleh GDP Venture, yang merupakan cabang modal ventura Grup Djarum.
NEXT: Ada Tiket.com hingga Bank Digital BCA
Tiket.com Juga Siap Go Public
Perusahaan startup perjalanan Tiket.com, yang juga dikuasai Grup Djarum, menyatakan perseroan mempertimbangkan untuk go public atau mencatatkan saham perdana (IPO) di pasar modal melalui merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus alias SPAC (special purpose acquisition company).
Hal itu disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Tiket.com George Hendrata dalam wawancara dikutip Bloomberg News dan sekaligus membenarkan laporan Bloomberg News sebelumnya.
George Hendrata mengatakan pihaknya memang tengah menjajaki penawaran umum perdana tradisional dan berpotensi menggabungkannya dengan salah satu aplikasi super Asia Tenggara.
Jika Tiket memutuskan untuk go public, pasti akan dilakukan tahun ini," kata George Hendrata dalam wawancara dengan David Ingles dan Tom Mackenzie dari Bloomberg TV pada Rabu (26/5), selama Goldman Sachs TechNet Conference Asia Pasifik, dikutip CNBC Indonesia, Kamis ini (27/5).
"IPO tradisional, pasti kami melihat itu, tapi untuk pemulihan perjalanan penuh, itu akan memakan waktu satu atau bahkan dua tahun. Opsi SPAC lebih cepat," katanya.
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan, Tiket sedang dalam pembicaraan dengan COVA Acquisition Corp untuk kesepakatan yang akan memberi nilai pada entitas gabungan ini sekitar US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 29 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
Saat ini, salah satu direktur Cova Acquisition adalah Pandu Sjahrir, yang merupakan komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain Pandu, Direktur Utama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) atau Emtek Alvin Widarta Sariaatmadja juga menjadi dewan direksi COVA Acquisition.
Sumber yang mengetahui informasi ini mengungkapkan, Goldman Sachs Group Inc. ditunjuk menjadi penasihat Tiket yang berbasis di Jakarta.
BCA: Kapitalisasi Pasarnya Terbesar di Bursa & Bank Digital BCA
Grup Djarum sudah menguasai BBCA sesaat pascakrisis ekonomi Asia 1997-1998, dengan mengambil alih perusahaan dari genggaman konglomerat kaya-raya lainnya Keluarga Salim.
Dikutip dari situs resmi BCA, pada 2002, Grup Djarum masuk melalui Farindo Investments Ltd, mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement.
Informasi saja, Farindo Investments adalah perusahaan cangkang atau special purpose vehicle (SPV) yang terdaftar di Mauritius, sebuah wilayah tax haven.
Namun, pada akhir 2016, Djarum melakukan perubahan kepemilikan saham dari Farindo Investments ke perusahaan domestik PT Dwimuria Investama Andalan melalui transaksi tutup sendiri alias crossing saham sebesar 11,62 miliar saham atau 47,15%.
Menurut pengamatan Tim Riset CNBC Indonesia, setidaknya sejak 2017 sampai akhir Agustus 2021, kepemilikan saham Dwimuria di BCA tidak berubah, yakni sebesar 54,94%.
Seiring berjalannya waktu, Djarum berhasil memoles BBCA menjadi bank swasta raksasa. Saat ini, BBCA termasuk ke dalam bank BUKU IV atau jika menggunakan istilah teranyar, Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI 4 (dengan modal inti di atas Rp 70 triliun).
Sementara, total aset BBCA per laporan keuangan semester-I 2021 mencapai Rp 1.129,50 triliun. Nilai kapitalisasi pasar BBCA pun tercatat menjadi yang terbesar di BEI, yakni Rp 801,29 triliun.
Grup Keluarga Hartono berawal dari sang Ayah dari Hartono Bersaudara, yakni Oei Wie Gwan membentuk perusahaan rokok dengan brand Djarum pada tahun 1950.
Bertahun-tahun, perusahaan berhasil tumbuh dan menjadi perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Setelah sang Ayah meninggal di tahun 1963, anaknya yakni Michael Hartono dan Budi Hartono melanjutkannya.
Namun, di saat kepemimpinan dua bersaudara Hartono, mereka melakukan diversifikasi usaha, sehingga usahanya tidak hanya 'menjual' rokok. Diversifikasi usahanya yang pertama adalah membentuk perusahaan perbankan BCA.
Nah, seiring berjalannya waktu, PT Djarum--induk dari Djarum Group--yang membawahi banyak bisnis.
Di luar bisnis rokok kretek dan BCA, Grup Djarum juga memiliki usaha elektronika (Polytron), rumah studio produksi (Visinema Pictures), perkebunan (HPI Argo), perdagangan elektronik (Blibli.com), agen perjalanan daring (Tiket.com), dan media komunikasi (Djarum Media, dengan nama Mola TV dan Super Soccer TV).
Selain itu ada bisnis makanan dan minuman (Savorita, dengan merek Yuzu), dan kopi (Sumber Kopi Prima, dengan merek Delizio Caffino). Tidak ketinggalan, Grup Djarum juga berinvestasi di startup game asal Singapura, Razer.
Kini BCA juga sudah mentransformasikan PT Bank Royal Indonesia menjadi PT Bank Digital BCA sebagai bank digital dengan nama platform "blu"
April 2019, BCA memang resmi mengakuisisi Bank Royal. Pada 16 April 2019, BCA dan anak usahanya BCA Finance sudah membeli seluruh saham Bank Royal dari PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemadi, Ibrahim Soemadi, Nevin Soemadi, dan Ko Sugiarto.
Setelah itu pada 11 Desember 2019, BCA mengakuisisi PT Rabobank Indonesia. Adapun tujuan aksi korporasi ini ialah untuk mendukung program arsitektur perbankan Indonesia dan mengembangkan bisnis perbankan perseroan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jeger! Blibli Milik Crazy Rich RI Hartono Dikabarkan Mau IPO
