Duo Hartono, Pabrik Nyaris 'Mati' Hingga Jadi Konglomerat RI

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
16 December 2022 11:15
Michael Hartono
Foto: Michael Hartono (detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hartono bersaudara masih menyandang dalam jajaran orang terkaya di Tanah Air versi Forbes 2022. Total kekayaan Robert dan Michael Hartono tercatat tembus US$ 47,7 miliar atau setara Rp 745,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.625 per dolar AS).

Kekayaan Hartono bersaudara pada 2021, kekayaannya mencapai US$ 42,6 miliar atau Rp 609,18 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS). Sementara pada 2020 saat ekonomi tertekan akibat covid-19, Forbes mencatat kekayaan mereka masih bisa mencapai US$38,8 miliar atau Rp 566,005 triliun (kurs Rp14.587 per dolar AS).

Dalam mencapai kejayaannya, perjalanan Hartono bersaudara tak semudah membalikkan telapak tangan. Semua berawal pada 1951, ketika ayah mereka, Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok sekarat bernama NV Murup. Namun, perusahaan rokok pemilik merek Djarum Gramofon itu 'diobati'. Merek produk yang awalnya bernama Djarum Gramofon dipangkas menjadi tinggal Djarum saja.

Upaya itu membuahkan hasil. Produk yang dihasilkan perusahaan dan pabrik terus berkembang.

Namun sayang, di tengah kegemilangan kinerja itu, musibah datang. Pada 1963, pabrik rokok Djarum terbakar. Yang tersisa hanya pabrik di kawasan Kliwon, Kudus, Jawa Tengah. Oei Wie Gwan meninggal tak lama setelah pabriknya kebakaran.

Tak ingin larut dan meratapi keterpurukan, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono bangkit. Mereka membangkitkan Djarum dengan melakukan berbagai pembenahan manajemen dan peralatan produksi.

Upaya itu memberikan hasil gemilang di mana pada 1965 hingga 1968, produksi rokok yang terjual berhasil tembus 3 miliar batang.

Kesuksesan itu tak lantas membuat mereka berpuas diri. Pada 1973, mereka mulai melebarkan pangsa pasar Djarum hingga ke mancanegara, Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang dan lain sebagainya.

Tak hanya berhenti pada perusahaan rokok, pada 1975, mereka juga melebarkan sayap bisnis ke beberapa industri. Salah satunya, industri elektronik dengan mendirikan PT Indonesian Electronic & Engineering yang kemudian pada 18 September 1976 berubah nama menjadi PT Hartono Istana Electronic lalu merger dan menjadi PT Hartono Istana Teknologi.

Hartono bersaudara juga memutuskan untuk mengambil BCA, dari keluarga Salim yang sudah kehilangan kontrol atas bank itu akibat krisis ekonomi pada 1998-1998.

Lewat proses panjang, Hartono bersaudara melalui konsorsium FarIndo Investments (Mauritius) Ltd dan Farallon Capital Management LLC berhasil menjadi pemegang suara mayoritas perusahaan dengan mengempit 51,15 persen saham BCA.

Hartono bersaudara juga terjun ke bisnis properti dan perhotelan dengan mengelola sejumlah kawasan perkantoran dan hotel mewah yang tersebar di beberapa tempat, antara lain, Grand Indonesia, Hotel Kempinski, Menara BCA dan lainnya.

Grup Djarum juga melebarkan sayap mereka ke sektor e-commerce. Mereka memiliki PT Global Digital Prima Venture yang menaungi Blibli.com, kaskus.co.id, Mindtalk, LintasME, Crazymarket, DailySocial.net.

Terlepas dari kekayaannya, Hartono bersaudara juga memiliki minat besar di bidang olahraga. Misalnya Michael yang menggemari permainan bridge. Ia bahkan pernah menyabet medali perunggu dalam kejuaraan bridge di Asian Games 2018.

Sementara Robert menggemari bulutangkis. Bermula dari sekadar hobi, ia kemudian mendirikan PB Djarum pada tahun 1969.

PB Djarum ini kemudian menelurkan sejumlah pemain bulu tangkis besar seperti Liem Swie King, Alan Budikusuma, dan Haryanto Arbi.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Negosiasi Saham Anthoni Salim & Hartono Cs Rp 5,6 T!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular