
Iklan Laten Raksasa Migas di Facebook Rp 139 M Banjir Protes!

InfluenceMap menemukan bahwa lonjakan tajam dalam pengeluaran untuk iklan Facebook di AS dari grup pro bahan bakar fosil terjadi pada 15 Juli 2020 - sehari setelah kandidat Partai Demokrat saat itu, Joe Biden, mengumumkan rencana anggaran untuk perubahan iklim senilai US$ 2 triliun (Rp 29.000 triliun).
Proposal Biden menyerukan untuk mengakhiri emisi pembangkit listrik pada tahun 2035 dan pengurangan tajam dalam konsumsi bahan bakar fosil untuk memerangi krisis iklim.
"Industri menggunakan media sosial secara strategis dan menyebarkan iklannya pada momen politik penting," sebut laporan InfluenceMap.
Iklan tersebut menghindari untuk secara langsung menolak kebijakan iklim. Sebaliknya, pesan tersebut berusaha untuk "memperpanjang penggunaan minyak dan gas" melalui taktik pesan yang lebih bernuansa, menurut temuan para peneliti.
Laporan tersebut mengidentifikasi 6.782 iklan yang mempromosikan gas alam sebagai sumber energi "bersih atau hijau" - dan menunjukkan bahwa tidak satupun dari mereka yang dihapus oleh Facebook sebagai informasi yang salah atau konten yang menyesatkan.
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Facebook menunjukkan bahwa iklan bahan bakar fosil tidak tayang eksklusif untuk media sosial.
"Sementara iklan seperti ini berjalan di banyak platform, termasuk di jaringan televisi seperti CNN, Facebook menawarkan lapisan transparansi ekstra dengan mengharuskannya tersedia untuk umum di Perpustakaan Iklan [Facebook] hingga tujuh tahun setelah publikasi," ujar juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan.
Facebook menambahkan bahwa perusahaan menolak iklan ketika mitra independen pemeriksa fakta menilai iklan tersebut salah atau menyesatkan.
Seorang juru bicara Facebook mengatakan perusahaan menolak beberapa iklan bahan bakar pro-fosil.
Perdebatan terkait gas alam
Para peneliti mengatakan bahwa gas alam yang diperkenalkan sebagai sumber bahan bakar rendah karbon "menyamarkan" fakta bahwa sebagian besar gas alam terdiri dari metana - gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida dalam memerangkap panas di atmosfer.
Itu sebabnya International Energy Agency (IEA) mengatakan pada Mei lalu bahwa dunia perlu menghentikan pengeboran minyak dan gas untuk mencegah bencana iklim.
"Memperkenalkan gas alam sebagai bahan bakar rendah karbon semakin menjadi sasaran regulator sebagai klaim yang menyesatkan," kata laporan itu, menunjuk bagaimana pada 2019 regulator periklanan Inggris mengeluarkan peringatan kepada Equinor, perusahaan minyak asal Inggris, dengan menggunakan argumen yang sama.
Namun, perlu dicatat bahwa beberapa waktu lalu gas alam dipandang oleh banyak orang sebagai bahan bakar untuk menjembatani dan memudahkan transisi energi dari batubara. Selama bertahun-tahun, pemerintahan Obama-Biden mendukung gas alam sebagai alternatif yang lebih bersih dibanding batubara.
Dalam pernyataannya kepada CNN Business, API mencatat bahwa AS memproduksi, mengangkut, dan mendistribusikan gas alam dengan memenuhi beberapa standar lingkungan tertinggi di dunia.
"Ekonomi yang bergantung pada batu bara di seluruh dunia secara konsisten beralih ke gas alam sebagai sumber bahan bakar yang lebih bersih, memungkinkan AS mengekspor kemajuan iklim sambil memperkuat keamanan nasional dan mendukung ekonomi AS," kata Bloomgren dari API.
Exxon menggambarkan gas alam sebagai "bahan bakar serbaguna dan berlimpah" yang membantu berkontribusi untuk menurunkan emisi AS sejak tahun 2000. Perusahaan menunjukkan bahwa banyak negara telah memasukkan peralihan ke gas alam sebagai bagian dari program pengurangan emisi karbon mereka.
'Kampanye disinformasi'
Anggota Kongres dari Partai Demokrat Ro Khanna, Ketua Subkomite Lingkungan dari Komite Pengawasan dan Reformasi, mengecam aksi pelaku industri minyak dan gas atas temuan dalam laporan tersebut.
"Selama beberapa dekade, perusahaan bahan bakar fosil telah menyesatkan publik, regulator, dan Kongres tentang bahaya sebenarnya yang ditimbulkan oleh produk mereka," kata Khanna dalam sebuah pernyataan kepada CNN Business.
"Laporan ini membuktikan pengetahuan kami bahwa kampanye disinformasi industri migas masih [terus berlangsung]."
Khanna menegaskan bahwa dia berencana untuk meminta para CEO Exxon, Chevron (CVX) dan perusahaan bahan bakar fosil lainnya untuk bersaksi di hadapan subkomitenya dalam beberapa bulan mendatang.
InfluenceMap menunjukkan bahwa Facebook (FB) terus menerima pendapatan iklan dari industri minyak dan gas meskipun perusahaan media sosial telah secara terbuka berkomitmen untuk mendukung upaya memerangi perubahan iklim.
Meskipun Facebook menerima pendapatan senilai US$ 9,6 juta untuk iklan bahan bakar fosil yang masuk dalam laporan tersebut, para peneliti InfluenceMap mengatakan angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
[Gambas:Video CNBC]