Harga Logam Dunia Rontok!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
08 September 2021 12:10
Masker Berlapis Tembaga (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Masker Berlapis Tembaga (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam untuk industri tumbang dalam sepekan terakhir. Penyebabnya adalah lemahnya permintaan dari pabrik-pabrik olahan logam akibat penyebaran virus corona varian delta di berbagai negara.

Berikut gerak logam yang digunakan sebagai industri sepekan terakhir mengacu indeks LME (London Metal Exchange):

logamSumber: LME

Berdasarkan data yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, logam dengan koreksi harga terdalam adalah timah yang ambles 5,83% dalam sepekan terakhir. Kemudian tembaga melemah 1,96% dan nikel turun 0,19%. 

Harga timah global anjlok dalam sepekan terakhir karena aktivitas tambangmulai kembali beroperasi. Yunnan Tin Group sebagai produsen Timah terbesar di dunia sudah memulai produksinya setelah vakum untuk perawatan tahunan.

Malaysia Smelting Corp, produsen terbesar ketiga di dunia, juga sudah memulai produksinya pada Agustus 2021 setelah menghentikan produksi selama 2 bulan sejak Juni 2021 karena lockdown dalam upaya menekan kasus Covid-19.

Kembali berproduksinya perusahaan pengolahan Yunnan Tin dan Malaysia Smelting Corp meningkatkan persediaan timah. Meningkatnya persediaan timah dapat menekan harga timah.

"Prospek untuk beberapa bulan ke depan harga timah masih dalam tekanan karena pasokan secara bertahap kembali," kata kepala penelitian AMT Tom Mulquenn, dikutip dari Refinitv.

Sementara itu harga tembaga turun dalam sepekan terakhir karena melemahnya permintaan dari China karena aktivitas pabrik peleburan tembaga yang lesu dan menantikan langkah Bank sentral Eropa (ECB) mengenai pengurangan stimulus setelah melihat ekonomi Eropa yang mulai bangkit.

Agenda pemeliharaan pabrik dan banjir besar menyebabkan beberapa pabrik di wilayah selatan mengurangi aktivitas preleburan. Parahnya, bencana ini berlangsung saat adanya kebijakan pembatasan listrik di Negeri Panda yang membuat banyak aktivitas peleburan tembaga melemah.

Dampaknya, impor tembaga China turun pada Agustus 2021, penurunan selama lima bulan berturut-turut. Impor tembaga China tercatat 394.071 ton pada bulan Agustus. Turun 7% dibanding Juli 2021 dan turun 41% year-on-year (y-o-y) dibanding Agustus 2020.

Di Eropa, Bank sentral Eropa (ECB) menyiapkan diskusi mengenai pengurnagan stimulus setelah ekonomi di benua biru bangkit.

Forum ini diperkirakan akan panas karena menuai pro dan kontra. Sisi pro menyetujui aksi ini segera dilakukan karena ekonomi terlihat bangkit. Sedangkan kelompok kontra melihat pandemi belum selesai dan varian baru yang ganas masih menghantui. Jadi pelaksanaan pengurangan stimulus tidak perlu terburu-buru. 

Sebagai informasi, China adalah konsumen tembaga terbesar di dunia. Sehingga permintaan dari negara ekonomi terkuat kedua di dunia memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

Perlu diketahui, tembaga sering digunakan sebagai ukuran kodisi ekonomi dunia. Sehingga kebijakan apa pun terkait ekonomi global berpengaruh terhadap laju harga tembaga.

Turunnya harga nikel dalam sepekan terakhir dipengaruhi aksi ambil untung investor setelah harga nikel berada dalam trend bullish dalam 18 pekan. Sepanjang 18 pekan, harga nikel global mencatatkan kenaikan 16,02%.

Harga nikel dunia saat ini berada di resisten kuatnya di area US$ 19.890-20.100/ton. Resisten ini terbentuk pada tiga periode yaitu 22 Februari 2021, 29 Juli 2021, dan 3 September 2021.

Sejak harga terendah (low position) terakhir pada 20 Agustus 2021, harga nikel sudah naik 8,11%. Jadi wajar jika terdapat aksi ambil untung.

Walaupun koreksi, nikel masih memiliki sentimen positif dari produksi stain less steel dan baterai mobil listrik yang meningkat.

Nikel adalah salah komponen untuk membuat stainless steel. Setelah berbagai negara bebas dari karantina wilayah (lockdown) untuk meredam pandemi virus corona, permintaan produk ini melesat.

Pada saat yang bersamaan, ekspansi mobil listrik juga mendongkrak permintaan nikel global hingga 18% dibandingkan tahun lalu. Nikel juga menjadi komponen penting dalam pembuatan baterai mobil listrik.

Saat permintaan tinggi, pasokan nikel justru merosot. Persediaan nikel mentah di gudang ShFE anjlok 89% dari awal tahun menjadi 4.455 ton. Begitu juga dengan stok di gudang LME yang jatuh menyentuh angka terendahnya sejak Januari 2020 yaitu 194.466 ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular