Pola Doji Melulu! IHSG Masih Galau Tentukan Arah di Sesi 2
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berayun ke zona merah pada perdagangan sesi pertama Selasa (7/9/2021), di tengah serbuan aksi beli pemodal asing terhadap saham-saham unggulan.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.123,448 atau turun 3,5 poin (-0,06%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,15% ke 6.135,87, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertinggi hariannya tepat pukul 09:00 WIB pada 6.145,489.
Selepas itu, IHSG berbalik melemah dan setelah sempat berfluktuasi hingga akhirnya terperosok ke zona merah dan menyentuh level terendah hariannya pada 6.111,85 pada pukul 10:20 WIB. Sebanyak 232 saham melemah, 250 lain menguat, dan 151 sisanya flat.
Namun, laju koreksi berkurang pukul 10:30 WIB setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa Agustus yang melonjak US$ 7,5 miliar, menjadi US$ 144,8 miliar, yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah republik ini.
Lonjakan cadev tersebut mengonfirmasi dugaan bahwa kondisi likuiditas global masih berlimpah, yang membuat investor asing kian nyaman untuk belanja saham hari ini, karena yakin asing akan masuk dan membantu dari sisidemand.
Hari ini, mayoritas investor asing memang cenderung memilih memborong saham, sehingga mencetak pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 178,9 miliar. Namun, nilai transaksi bursa menipis menjadi Rp 5,6 triliun yang melibatkan 13 miliaran saham dalam transaksi sebanyak 848.000-an kali.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas atas dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung sideways.
Untuk mengubah tren menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.180. Sementara untuk mengubah tren menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.113.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 56 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan indeks cenderung netral alias sideways.
Indikator candlestick kembali membentuk pola doji, pola yang ditunjukkan dengan harga yang dibuka dan ditutup di level yang sama yang menunjukkan indeks yang masih galau menentukan arah selanjutnya.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas atas dan mulai menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang netral dan munculnya candle doji.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)