Jakarta, CNBC Indonesia- Harga batu bara mengalami penurunan tipis. Maklum, harga yang sudah naik tajam tentu rentan terserang koreksi teknikal.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 178,35/ton. Turun 0,22% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Batu bara menjadi salah satu komoditas yang bersinar tahun ini. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara melesat 4,12%. Sementara sejak akhir 2020 (year-to-date), kenaikannya mencapai 14,1%.
 Sumber: Refinitiv |
Akhir pekan lalu, harga batu bara menyentuh US$ 178,75/ton. Ini adalah rekor tertinggi, setidaknya sejak 2008.
Oleh karena itu, tidak heran investor pasti akan 'gatal' untuk mengeruk keuntungan. Aksi ambil untung (profit taking) menjadi risiko utama yang membayangi harga si batu hitam, dan itu sepertinya sudah terjadi.
Meski demikian, sepertinya prospek harga batu bara masih akan cerah. Peluang untuk rebound dan bahkan mengukir rekor baru terbuka lebar.
Salah satu alasan utama lonjakan harga batu bara adalah kenaikan harga gas alam. Dalam sepekan terakhir, harga gas alam acuan di Henry Hub (Louisiana, Amerika Serikat) melesat 7,2% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 15,57%.
 Sumber: Refinitiv |
Ini membuat biaya pembangkitan listrik bertenaga gas alam menjadi mahal. Di Eropa, harga pembangkitan listrik dengan gas alam pada 31 Agustus 2021 adalah EUR 47,68/MWh. Sementara dengan batu bara lebih murah yakni EUR 40,17/MWh.
"Melihat harga di pasar forwards, sepertinya gas alam masih akan terus lebih mahal dibandingkan batu bara setidaknya hingga awal 2022. Ini membuat dunia usaha mendapat insentif jka memilih batu bara," sebut Toby Hassall, Analis Refinitiv, dalam risetnya.
Selain di Eropa, permintaan batu bara Asia pun melonjak. Pada Juli 2021, Jepang mengimpor batu bara sebanyak 9,8 juta ton, naik 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Impor batu bara Jepang dari Australia tercatat 7 juta ton pada Juli 2021, tumbuh 18,5% yoy. Sedangkan dari Rusia adalah 1,4 juta ton, naik 17% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA