Nasib Sial! Jadi 'Anak Baru' Harga Sahamnya Kok Doyan ARB

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 07/09/2021 08:27 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pencatatan saham baru sejumlah perusahaan melalui initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih berlanjut. Perusahaan yang kesulitan dana mencari dana dengan melepas saham di pasar perdana di pasar modal atau yang biasa dikenal dengan sebutan Initial Public Offering (IPO).

Dalam September saja terdapat 10 perusahaan yang sudah dan siap melantai di pasar modal lokal. Namun ada hal yang menarik perhatian investor terkait kinerja saham-saham yang baru IPO.

Salah satunya gerak saham-saham ini cenderung 'liar' dan bisa menyentuh level kenaikan harian tertinggi alias ARA selama berberapa hari beruntun.


Akan tetapi tidak semua saham IPO bernasib baik seperti ini. Tercatat berberapa saham IPO terpaksa anjlok hingga menyentuh level penurunan terendah harian yang diijinkan oleh bursa selama berberapa hari beruntun. Bahkan terdapat dua saham IPO yang terus ambruk ke level ARB hingga mendekati harga penawaran perdananya.

Emiten tersebut adalah PT Hasnur International Shipping Tbk (HAIS) yang baru saja melantai di bursa selama 4 hari, dimana 3 hari terakhir saham HAIS ambruk hingga ke level ARBnya setelah terbang ke level ARA di hari pertama.

Pada perdagangan kemarin HAIS kembali ambruk ke level ARB dengan koreksi 6,79%. Tercatat saat ini HAIS diperdagangkan di harga Rp 302/unit hanya sedikit berada di atas harga penawaran perdananya di angka Rp 300/unit.

Selanjutnya saham 'anak baru' lainya yakni PT PAM Mineral Tbk (NICL) juga ambruk parah 6,42% pada perdagangan hari ini. NICL ditutup di level Rp 102/unit atau berada sedikit di atas harga penawaran perdananya di angka Rp 100/unit.

Perseroan juga baru saja merilis laporan keuangan kuartal keduanya. Tercatat penjualan perseroan berada di angka Rp 148 miliar dengan beban pokok penjualan di angka Rp 44 miliar dengan total laba tahun berjalan di angka Rp 26 miliar naik dari posisi tahun lalu yang mencatat rugi Rp 14 miliar karena perseroan tidak membukukan penjualan.

Tercatat aset perusahaan turun dari Rp 189 miliar di Q2-2020 menjadi Rp 177 miliar di Q2-2021. Penurunan aset terjadi karena turunya piutang usahan pihak ketiga dari Rp 52 miliar menjadi Rp 14 miliar. Sedangkan liabilitas perseroan juga turun dari Rp 82 miliar menjadi Rp 43 miliar sehingga ekuitasnya berada di angka Rp 133 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Melantai di Bursa, Merry Riana Bangun Masa Depan Edukasi