Adu Kuat Bisnis Menara Telkom-Djarum-Saratoga, Siapa Jawara?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengelolaan menara telekomunikasi bisa jadi primadona bisnis baru di Indonesia. Apalagi grup-grup besar sudah mulai ekspansi mencaplok menara untuk memperbesar kapasitasnya untuk bersaing di tengah penetrasi layanan internet yang kian meningkat.
Berdasarkan data hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hingga kuartal kedua tahun 2020 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa atau 73,7% dari total populasi Indonesia sejumlah 266,9 juta penduduk.
Sekitar 97,1% responden survei oleh APJII itu mengatakan saat ini mereka masih menggunakan layanan data via mobile device/handphone.
Hal ini membuat persaingan semakin ketat sehingga semua emiten berlomba-lomba menguasai pasar yang menawarkan recurring income stabil dan menjanjikan dengan potensi pasar yang bisa jadi semakin besar di masa depan, mengingat menurut data APJII masih terdapat 12.543 desa yang belum mendapatkan akses broadband layak, sementara 4.793 desa masih merupakan blank spot atau tidak memiliki sinyal komunikasi sama sekali.
Saat ini terdapat tiga grup bisnis utama yang menguasai pasar menara di Indonesia.
Emiten menara milik Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui anak usahanya baru saja mengumumkan pembelian perusahaan salah satu emiten pengelola menara lainnya yaitu PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) untuk memperkuat bisnis menara yang dikelola perusahaan.
Tidak mau kalah, perusahaan yang tergabung dalam Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang saat ini tengah mempersiapkan rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) juga kembali mendapatkan penambahan pengalihan menara telekomunikasi sebanyak 4.000 unit dari anak usaha Telkom lainnya, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Melengkapi persaingan keras penguasa menara di dalam negeri, ada emiten lain satu lagi yaitu perusahaan menara telekomunikasi milik Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Berikut Tim Riset CNBC coba merangkum fakta penting persaingan ketat emiten menara di Indonesia mulai dari jumlah menara yang dioperasikan hingga ragam klien yang setia menjadi pengguna.
Jumlah menara
Dikutip dari laporan tahunan masing-masing perusahaan, hingga akhir tahun 2020 lalu Grup Telkom masih memimpin dengan total 35.822 menara yang dioperasikan.
Pengoperasian ini terbagi menjadi tiga, di mana Mitratel mengoperasikan paling banyak sejumlah 18.473 menara, diikuti oleh Telkomsel sebanyak 16.000 menara dan Telkom sendiri mengelola 1.349 menara di seluruh Indonesia.
Selanjutnya di peringkat kedua ada emiten Grup Djarum yang pada tahun 2020 lalu mengelola total 21.381 menara yang siap untuk dilakukan instalasi peralatan penyewa.
Selain itu akuisisi yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan juga menawarkan tambahan amunisi untuk ikut berperang di pasar pengelola menara. Tercatat hingga akhir tahun 2020 lalu Solusi Tunas Pratama mengoperasikan 6.422 menara.
Secara total jika memperhitungkan menara yang saat ini dioperasikan oleh SUPR, Grup Djarum memiliki total portofolio 27.803 menara.
Terakhir adalah emiten menara Grup Saratoga yang per 31 Desember 2020, memiliki 16.265 site telekomunikasi (menara). Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 16.155 menara telekomunikasi dan 110 jaringan DAS (distributed antenna system).
NEXT: Persaingan Penyewa dan Klien
(tas/tas)