Review

Adu Kuat Bisnis Menara Telkom-Djarum-Saratoga, Siapa Jawara?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
07 September 2021 08:40
Dok: Telkom
Foto: Dok: Telkom

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengelolaan menara telekomunikasi bisa jadi primadona bisnis baru di Indonesia. Apalagi grup-grup besar sudah mulai ekspansi mencaplok menara untuk memperbesar kapasitasnya untuk bersaing di tengah penetrasi layanan internet yang kian meningkat.

Berdasarkan data hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hingga kuartal kedua tahun 2020 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa atau 73,7% dari total populasi Indonesia sejumlah 266,9 juta penduduk.

Sekitar 97,1% responden survei oleh APJII itu mengatakan saat ini mereka masih menggunakan layanan data via mobile device/handphone.

Hal ini membuat persaingan semakin ketat sehingga semua emiten berlomba-lomba menguasai pasar yang menawarkan recurring income stabil dan menjanjikan dengan potensi pasar yang bisa jadi semakin besar di masa depan, mengingat menurut data APJII masih terdapat 12.543 desa yang belum mendapatkan akses broadband layak, sementara 4.793 desa masih merupakan blank spot atau tidak memiliki sinyal komunikasi sama sekali.

Saat ini terdapat tiga grup bisnis utama yang menguasai pasar menara di Indonesia.

Emiten menara milik Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui anak usahanya baru saja mengumumkan pembelian perusahaan salah satu emiten pengelola menara lainnya yaitu PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) untuk memperkuat bisnis menara yang dikelola perusahaan.

Tidak mau kalah, perusahaan yang tergabung dalam Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang saat ini tengah mempersiapkan rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) juga kembali mendapatkan penambahan pengalihan menara telekomunikasi sebanyak 4.000 unit dari anak usaha Telkom lainnya, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

Melengkapi persaingan keras penguasa menara di dalam negeri, ada emiten lain satu lagi yaitu perusahaan menara telekomunikasi milik Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Berikut Tim Riset CNBC coba merangkum fakta penting persaingan ketat emiten menara di Indonesia mulai dari jumlah menara yang dioperasikan hingga ragam klien yang setia menjadi pengguna.

Jumlah menara

Dikutip dari laporan tahunan masing-masing perusahaan, hingga akhir tahun 2020 lalu Grup Telkom masih memimpin dengan total 35.822 menara yang dioperasikan.

Pengoperasian ini terbagi menjadi tiga, di mana Mitratel mengoperasikan paling banyak sejumlah 18.473 menara, diikuti oleh Telkomsel sebanyak 16.000 menara dan Telkom sendiri mengelola 1.349 menara di seluruh Indonesia.

Selanjutnya di peringkat kedua ada emiten Grup Djarum yang pada tahun 2020 lalu mengelola total 21.381 menara yang siap untuk dilakukan instalasi peralatan penyewa.

Selain itu akuisisi yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan juga menawarkan tambahan amunisi untuk ikut berperang di pasar pengelola menara. Tercatat hingga akhir tahun 2020 lalu Solusi Tunas Pratama mengoperasikan 6.422 menara.

Secara total jika memperhitungkan menara yang saat ini dioperasikan oleh SUPR, Grup Djarum memiliki total portofolio 27.803 menara.

Terakhir adalah emiten menara Grup Saratoga yang per 31 Desember 2020, memiliki 16.265 site telekomunikasi (menara). Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 16.155 menara telekomunikasi dan 110 jaringan DAS (distributed antenna system).

NEXT: Persaingan Penyewa dan Klien

Jumlah penyewaan

Grup Telkom dalam laporan tahunannya tidak merinci jumlah penyewaan yang diterima oleh Grup secara keseluruhan, akan tetapi menyebutkan bahwa jumlah penyewa menara Mitratel mencapai 30.570 tenant dengan rasio penyewaan 1,63 kali jumlah menara yang merupakan terendah jika dibandingkan dengan emiten pengelola menara lainnya.

Grup Djarum melalui anak usaha TOWR memiliki 39.127 jumlah sewa lokasi sehingga menjadikan rasio penyewaan menara sebesar 1,83 kali jumlah menara.

Sedangkan SUPR yang masih dalam proses akuisisi memiliki 12.145 penyewaan site menara dengan rasio penyewaan sebesar 1,89 kali. Jika digabung total penyewaan mencapai 51.272 dengan rasio sebesar 1,84 kali jumlah menara.

Selanjutnya TBIG memiliki 31.850 penyewaan sehingga rasio penyewaannya berada di angka 1,97 kali jumlah menara lebih tinggi dari anak usaha Grup Djarum.

Daftar klien

Selain mengelola menara secara pribadi Grup Telkom juga menggunakannya secara mayoritas melalui anak usaha dalam grup sendiri. Grup Telkom merupakan satu-satunya yang memilikilayanan operator telekomunikasi seluler yaitu Telkomsel dan juga menyediakan jasa internet melalui Indi Home.

Tidak hanya dari dalam negeri, pangsa pasar pelanggan Telkom Group tersebar di wilayah Asia Pasifik, terutama di Asia Tenggara yang memiliki kondisi geografis kepulauan, membutuhkan satelit sebagai infrastruktur telekomunikasi dan penyiaran.

Kemampuan layanan satelit ini meliputi broadband backhaul, cellular backhaul, TV on demand, enterprise network, distribusi video, jaringan militer dan pemerintah, televisi DTH (direct-to-home), komunikasi penerbangan, dan pemulihan bencana

Sementara itu Protelindo yang merupakan anak usaha TOWR beroperasi secara independen dari operator komunikasi nirkabel memiliki pelanggan yang lebih beragam.

Para pelanggan Protelindo mencakup operator telekomunikasi besar di Indonesia seperti PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I).

Berdasarkan jumlah pendapatan perusahaan, PT Hutchison 3 Indonesia merupakan penyumbang terbesar dengan kontribusi nyaris sepertiga atau mencapai 32% pada tahun 2020, diikuti oleh XL Axiata sebesar 30%, Telkomsel 15%, Indosat 11%, Smartfren 2% dan dari sumber lainnya 11%.

Sementara itu pendapatan Solusi Tunas Pratama terutama berasal dari lima operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, yaitu EXCL, PT Hutchison 3 Indonesia, Telkom Group, ISAT dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Kelima operator tersebut menyumbang 95,7% terhadap pendapatan perusahaan, dengan porsi terbesar disumbangkan XL Axiata sebesar 33,3% dari total pendapatan SUPR tahun 2020.

Senada dengan anak usaha Grup Djarum, TBIG milik Saratoga juga memiliki klien yang cukup beragam dengan mayoritas merupakan operator seluler terbesar di tanah air. Pendapatan dari lima operator telekomunikasi seluler utama menyumbang hampir seluruh pendapatan perusahaan, hanya 0,7% yang bukan merupakan dari lima operator telekomunikasi utama.

Pendapatan terbesar TBIG disumbangkan oleh Telkomsel dengan kontribusi yang cukup signifikan atau mencapai 39,1%, selanjutnya Indosat menyumbang pendapatan kepada TBIG sebesar 21,5%, XL Axiata sejumlah 16,9%.

Sedangkan Hutchison 3 Indonesia yang merupakan klien terbesar Protelindo hanya menyumbang 14,7% terhadap pendapatan TBIG. Adapun 7,1% sisanya disumbangkan oleh operator Smartfren.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular