Hantu Itu Bernama Varian Mu Covid-19, Gentayangi Pasar!

Putu Agus Pransuamitra & Tri Putra, CNBC Indonesia
03 September 2021 07:30
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir dengan koreksi sebesar 0,21% ke level 6.078,22 pada perdagangan Kamis kemarin (2/9/21) di tengah kemunculan varian baru Covid-19 yang mempengaruhi psikologis trading dari pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengacu data BEI, nilai transaksi pada perdagangan kemarin sebesar Rp 9,35 triliun, dengan 21 miliar saham dan 1,34 juta kali frekuensi. Terpantau investor asing menjual bersih Rp 112 miliar di pasar reguler, sementara di pasar negosiasi ada investor asing masuk (net buy) Rp 21 miliar.

Asing melakukan pembelian di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 46 miliar dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) Rp 26 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang dilego Rp 67 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 59 miliar.

Koreksi IHSG terjadi di tengah sinyal perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur di negara maju dan emerging market. Rilis indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur di China versi Caixin yang menunjukkan kontraksi.

Di Eropa dan AS, sektor manufaktur masih juga berekspansi tetapi dengan laju yang melambat.

Kekhawatiran seputar pandemi juga memperberat gerak bursa, menyusul penyebaran varian 'Mu'.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), mutasi yang pertama ditemukan di Colombia dan menyebar ke-39 negara ini berpeluang lolos dari kekebalan tubuh mereka yang pernah terinfeksi atau divaksinasi.

Sementara itu, pemerintah pun mulai mencemaskan adanya gelombang ketiga akibat adanya varian baru dari virus corona atau Covid-19 yang diumumkan oleh WHO bernama varian Mu atau B.1.621. Varian ini pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari lalu.

Badan kesehatan dari PBB itu mengatakan varian tersebut memiliki mutasi yang menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin dan menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahaminya.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso mengatakan berdasarkan informasi yang dia dapatkan, saat ini varian Mu tersebut sudah ditemukan di kawasan Asia, yakni di Jepang dan Hong Kong.

"Di Asia dibawa oleh pendatang di Hong Kong. Di Hong Kong break pertama jenis ini ditemukan pada Januari. Sudah (tersebar) di 39 negara untuk virus jenis ini," jelas Suharso dalam pertemuan dengan media di kantornya, Kamis (2/9/2021).

"Kami di Bappenas diberi mandat dan ditugasi oleh negara untuk menyusun ini, dan harus mempertimbangkan hal ini. Karena bagaimanapun juga faktor-faktor strategi internasional dan faktor lingkungan harus menghitungkan langkah-langkah itu," kata Suharso melanjutkan.

Halaman Selanjutnya : Bagaimana Rupiah?

Dari kurs mata uang, rupiah. Pada perdagangan Kamis kemarin, setelah bolak balik masuk ke zona merah, rupiah akhirnya sukses membukukan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Penguatan rupiah tersebut menunjukkan dolar AS kembali tertekan pascarilis data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP). Sementara itu adanya virus corona varian baru cukup menyita perhatian pelaku pasar, membuat laju penguatan rupiah tertahan.

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.250/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari kemarin. Rupiah setelahnya sempat berbalik melemah 0,04% ke Rp 14.285/US$.

Setelahnya, rupiah bolak balik masuk ke zona merah, sebelum akhirnya menguat 0,07% ke Rp 14.270/US$ di akhir perdagangan kemarin.

Indeks dolar AS pada Rabu lalu sebenarnya sempat menguat 0,18%, tetapi akhirnya kembali merosot 0,2% setelah rilis data dari ADP yang mengecewakan.

ADP melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebanyak 374.000 tenaga kerja, jauh lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebanyak 640.000 tenaga kerja.

Data dari ADP bisanya dijadikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok. Data tenaga kerja tersebut merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Alhasil buruknya data ADP memperkuat ekspektasi The Fed baru akan melakukan tapering di akhir tahun ini dan tidak menutup kemungkinan di awal tahun depan. Dolar AS pun terpuruk lagi.

"Tentu saja pemulihan ekonomi tidak merata, tetapi jika data tenaga kerja juga mengecewakan, itu akan menutup peluang tapering dilakukan lebih cepat, dan dolar AS masih akan tertekan," kata Joe Manimbo, analis pasar di Western Union Business Solutions di Washington DC, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (1/9/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular