Hantu Itu Bernama Varian Mu Covid-19, Gentayangi Pasar!

Putu Agus Pransuamitra & Tri Putra, CNBC Indonesia
03 September 2021 07:30
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dari kurs mata uang, rupiah. Pada perdagangan Kamis kemarin, setelah bolak balik masuk ke zona merah, rupiah akhirnya sukses membukukan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Penguatan rupiah tersebut menunjukkan dolar AS kembali tertekan pascarilis data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP). Sementara itu adanya virus corona varian baru cukup menyita perhatian pelaku pasar, membuat laju penguatan rupiah tertahan.

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.250/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari kemarin. Rupiah setelahnya sempat berbalik melemah 0,04% ke Rp 14.285/US$.

Setelahnya, rupiah bolak balik masuk ke zona merah, sebelum akhirnya menguat 0,07% ke Rp 14.270/US$ di akhir perdagangan kemarin.

Indeks dolar AS pada Rabu lalu sebenarnya sempat menguat 0,18%, tetapi akhirnya kembali merosot 0,2% setelah rilis data dari ADP yang mengecewakan.

ADP melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebanyak 374.000 tenaga kerja, jauh lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebanyak 640.000 tenaga kerja.

Data dari ADP bisanya dijadikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok. Data tenaga kerja tersebut merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Alhasil buruknya data ADP memperkuat ekspektasi The Fed baru akan melakukan tapering di akhir tahun ini dan tidak menutup kemungkinan di awal tahun depan. Dolar AS pun terpuruk lagi.

"Tentu saja pemulihan ekonomi tidak merata, tetapi jika data tenaga kerja juga mengecewakan, itu akan menutup peluang tapering dilakukan lebih cepat, dan dolar AS masih akan tertekan," kata Joe Manimbo, analis pasar di Western Union Business Solutions di Washington DC, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (1/9/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular