Analisis

Indeks Dolar AS Bisa Jeblok di September, Rupiah Aman?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 September 2021 15:07
Dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan bagi dolar Amerika Serikat (AS) bertambah lagi pasca simposium Jackson Hole. Indeks dolar AS yang kemarin sempat menguat malah berbalik merosot lagi pasca rilis data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP).

Sepanjang bulan Agustus, indeks dolar AS masih mampu mencatat penguatan 0,5%. Penguatan tersebut bisa lebih besar lagi seandainya dolar AS tidak jeblok pada pekan lalu hingga Selasa (31/8/20210.

Memasuki bulan September, indeks dolar AS sempat menguat 0,18%, tetapi kemudian berbalik melemah 0,2% ke 92,449.

Lantas, apakah dolar AS akan tertekan sepanjang bulan ini?

idr

Gambaran lebih jelas bagaimana kinerja dolar AS akan bisa dilihat besok malam, pasca rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah. Data ini merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk memutuskan kapan mulai melakukan tapering.

Hasil survei Reuters menunjukkan data non-farm payrolls (NFP) atau penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian, yang diperkirakan sebanyak 750.000 orang di bulan Agustus. Kemudian tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%. Selain itu ada juga rata-rata upah per jam.

"Melihat pergerakan dolar AS, pelaku pasar kini melihat NFP kemungkinan di bawah ekspektasi, di kisaran 550.000 hingga 600.000," kata Chris Weston, kepala riset di Papperstone, perusahaan pialang di Melbourne yang dikutip Reuters.

Artinya, ketika data NFP lebih rendah dari ekspektasi, maka kemungkinan tapering dilakukan lebih cepat akan semakin meredup.

ADP kemarin malam melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebanyak 374.000 tenaga kerja, jauh lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebanyak 640.000 tenaga kerja.

Kabar buruknya bagi dolar AS, data dari ADP bisanya dijadikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah. Ketika data dari ADP mengecewakan, ada kemungkinan data dari pemerintah juga sama. Tetapi tidak menutup kemungkinan kebalikannya, data versi pemerintah justru lebih bagus dari prediksi.

Sehingga gambaran kemana arah dolar di bulan ini bisa terlihat Jumat besok.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tapering dan Nasib Rupiah

Setelah rilis data tenaga kerja, perhatian akan tertuju pada tapering, The Fed di bulan ini akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (23/9/2021) dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar mengharapkan adanya lebih banyak detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan.

Ketua The Fed, Jerome Powell memang sudah menyebutkan tapering di tahun ini akan tepat dalam simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu. Tetapi bulan apa akan dilakukan masih belum disebutkan. Spekulasi yang beredar, tapering baru akan dilakukan di bulan Desember.

Kemudian seberapa besar QE akan dikurangi juga belum diketahui. Saat ini QE The Fed nilainya US$ 120 miliar per bulan. Pada tahun 2013 lalu, saat The Fed di bawah pimpinan Ben Bernanke, tapering dilakukan dengan mengurangi QE sebesar US$ 10 miliar setiap bulannya.

Kuncinya saat ini ada pada data tenaga kerja AS. Jika data tersebut lebih bagus dari ekspektasi, maka spekulasi tapering akan dilakukan sebelum Desember akan semakin menguat. Tetapi itu masih kemungkinan, semuanya akan terjawab pada pengumuman kebijakan moneter The Fed.

Sebaliknya, ketika data tenaga kerja AS buruk, maka spekulasi tapering di bulan Desember yang akan semakin kuat di pasar, bahkan tidak menutup adanya ekspektasi baru dilakukan di awal tahun depan.

Jika melihat sikap Powell saat Jackson Hole, pasar menganggapnya dovish. Sehingga, ketika data tenaga kerja lebih bagus dari ekspektasi, ada kemungkinan The Fed masih bersabar untuk melihat data selanjutnya.

Tetapi beda ceritanya kalo data tenaga kerja buruk, tentunya akan mempertegas sikap The Fed tidak akan buru-buru melakukan tapering.

Jika itu terjadi, maka rupiah kemungkinan akan mampu mencatat penguatan di bulan September.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal

Indeks dolar AS sebenarnya sedang mendapat momentum penguatan setelah munculnya Golden Cross, yakni perpotongan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) dengan MA 100 dan 200.

Golden Cross terjadi ketika MA 50 memotong MA 100 dan MA 200 dari bawah ke atas, dan posisi indeks dolar AS berada di atasnya.

Munculnya Golden Cross menjadi sinyal kuat suatu aset akan menguat naik.

idrGrafik: Indeks dolar AS (DXY) Harian
Foto: Refinitiv

Meski demikian, jika menambahkan indikator Fibonacci Retracement, laju penguatan dolar AS masih terbatas bahkan berisiko tertekan. Fibonacci tersebut ditarik dari level tertinggi 20 Maret 2020 lalu di 102,992, hingga ke level terendah 6 Januari 2021 di 89,209.

Hasilnya, indeks dolar AS saat ini berada di kisaran Fib. Retracement 23,6% di kisaran 92,462. Jika kembali ke bawah level tersebut, indeks dolar AS berisiko mengalami tekanan, sebaliknya jika bertahan di atasnya, ada potensi akan menguat dengan target ke Fib. Retracement 38,2% di 94,474.

Untuk menguat lebih lanjut indeks dolar AS perlu melewati Fib. Retracement 38,2%, dan selanjutnya 50% di 96,101.

Pergerakan indeks dolar AS akan memberikan dampak signifikan kepada rupiah. Jika indeks dolar AS merosot, maka peluang rupiah untuk menguat akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular