Simsalabim, IHSG Bisa Balik Menghijau di Sesi 2 nih!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berayun ke zona merah pada perdagangan sesi pertama Kamis (2/9/2021), di tengah kekhawatiran akan merebaknya virus Covid-19 varian terbaru yakni varian Mu dan perlambatan manufaktur dunia.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.074,229 atau turun 16,7 poin (-0,27%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,03% ke 6.092,622, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertinggi hariannya tepat pukul 09:00 WIB pada 6.110,05.
Namun selepas itu, IHSG berbalik melemah dan setelah sempat berfluktuasi akhirnya terperosok ke zona merah hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.065,514 beberapa menit jelang penutupan sesi pertama. Sebanyak 277 saham melemah, 187 lain menguat, dan 166 sisanya flat.
Nilai transaksi bursa menipis ke Rp 5,5 triliun yang melibatkan 13 miliaran saham dalam transaksi sebanyak 873.000-an kali. Mayoritas investor asing cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking), sehingga mencetak penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 83,2 miliar.
Koreksi IHSG terjadi di tengah sinyal perlambatan pertumbuhan sektor manufaktur di negara maju danemerging market. Rilis indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur di China versi Caixin yang menunjukkan kontraksi. Di Eropa dan AS, sektor manufaktur masih juga berekspansi tetapi dengan laju yang melambat.
Kekhawatiran seputar pandemi juga memperberat gerak bursa, menyusul penyebaran varian 'Mu'. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), mutasi yang pertama ditemukan di Colombia dan menyebar ke 39 negara ini berpeluang lolos dari kekebalan tubuh mereka yang pernah terinfeksi atau divaksin.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.
Untuk melanjutkan tren bullish atau penguatan, indeks perlu melewati level resistance yang berada di area 6.125. Sementara untuk merubah tren bullish menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.013.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 40 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi naik setelah sebelumnya mendekati level jenuh jual yang menunjukkan Indeks berpeluang menguat.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi naik.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)