Geser HM Sampoerna, Saham DCII Masuk 10 Besar Big Cap

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 August 2021 11:55
Bank BCA
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada perdagangan pekan lalu, memanfaatkan sentimen positif yang berhembus dari bursa global menyusul konfirmasi bahwa suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tak bakal dinaikkan dalam waktu dekat sementara kasus virus corona (Covid-19) di dalam negeri kian terkendali.

Pekan lalu, IHSG menguat 0,18% secara point-to-point. Namun pada perdagangan Jumat (27/8/2021) akhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah 0,28% menjadi 6.041,366.

Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan total nilai perdagangan sepekan turun menjadi Rp 58,4 triliun. Namun, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 811,22 miliar.

Dari data kapitalisasi pasar (market cap), BEI mencatat total 10 besar saham berkapitalisasi terbesar (big cap) pada akhir pekan lalu kembali mengalami penurunan, yakni menjadi Rp 2.830 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 2.870 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten27 Agustus 2021No.Emiten20 Agustus 2021No.Emiten13 Agustus 2021
1.Bank Central Asia/BBCA7941.Bank Central Asia/BBCA8051.Bank Central Asia/BBCA782
2.Bank Rakyat Indonesia/BBRI4692.Bank Rakyat Indonesia/BBRI4802.Bank Rakyat Indonesia/BBRI473
3.Telkom/TLKM3293.Telkom/TLKM3373.Telkom/TLKM327
4.Bank Mandiri/BMRI2684.Bank Mandiri/BMRI2734.Bank Mandiri/BMRI277
5.Bank Jago/ARTO2135.Bank Jago/ARTO2195.Bank Jago/ARTO223
6.Astra/ASII2046.Astra/ASII2066.Astra/ASII203
7.Unilever/UNVR1547.Chandra Asri/TPIA1607.Chandra Asri/TPIA165
8.Chandra Asri/TPIA1498.Unilever/UNVR1558.Unilever/UNVR162
9.Emtek/EMTK1299.Emtek/EMTK1249.Emtek/EMTK139
10.DCI Indonesia/DCII12110.Sampoerna/HMSP11110.DCI Indonesia/DCII122

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (27/8/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas pergerakan big cap pada akhir pekan lalu masih mengalami pelemahan. Hanya satu saham yang market cap-nya mengalami kenaikan.

Market cap saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada akhir pekan lalu turun sebesar Rp 11 triliun menjadi Rp 794 triliun, dari sebelumnya pada pekan sebelumnya sebesar Rp 805 triliun.

Sedangkan market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada akhir pekan lalu juga menurun sebesar Rp 11 triliun menjadi Rp 469 triliun.

Tak hanya saham BBCA dan BBRI yang mengalami penurunan sebesar Rp 11 triliun, market cap saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) juga turun sebesar Rp 11 triliun menjadi Rp 149 triliun pada akhir pekan lalu.

Hanya saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang market cap-nya masih mamu bertambah di tengah turunnya market cap saham big cap di atas Rp 100 triliun pada akhir pekan lalu. Market cap EMTK naik Rp 5 triliun menjadi Rp 129 triliun.

Sedangkan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) pada akhir pekan lalu kembali masuk ke posisi 10 besar pada akhir pekan lalu, karena sahamnya mulai bergerak menguat sepanjang pekan lalu.

Posisi saham DCII kini berada tepat di urutan ke-10 dan menggeser kembali saham PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) yang sempat menduduki posisi ke-10 pada pekan sebelumnya. Adapun market cap saham DCII pada akhir pekan lalu mencapai Rp 121 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Pada awal pekan lalu, IHSG melesat jelang pengumuman perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jawa dan Bali pada Senin. Pelaku pasar yakin kebijakan PPKM kian efektif sehingga mereka mengakumulasi yang didera koreksi masif sepekan sebelumnya.

Kasus Covid-19 pada saat itu dilaporkan menurun dengan 12.408 kasus sehari per Minggu (22/8/2021), atau lebih rendah dari hari sebelumnya 16.744 kasus. Capaian ini merupakan terendah sejak 16 Juni 2021.

Selanjutnya, IHSG bergerak volatil mengikuti arah perkembangan spekulasi mengenai kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder AS) yang akan dijalankan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Tapering oleh The Fed di tahun ini bukan sekadar isu. The Fed sendiri yang mengindikasikan hal tersebut dari rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi Juli.

Dalam risalah tersebut, mayoritas anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) The Fed melihat kemungkinan tapering dilakukan di tahun ini. Selain itu pejabat elit The Fed yang juga anggota FOMC sudah dengan gamblang menyatakan keinginannya untuk melakukan tapering di tahun ini.

"Kita kemungkinan tidak perlu lagi melakukan pembelian aset pada titik ini," kata bos The Fed wilayah St. Louis, James Bullard kepada CNBC International, kemarin.

Bullard kembali menegaskan pilihannya untuk segara melakukan tapering yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan, dan mengakhiri program tersebut di awal tahun depan.

Ada lagi presiden The Fed wilayah Kansas City Ester George, kepada Fox Business mengatakan ia memperkirakan informasi detail mengenai tapering akan ada setelah rapat kebijakan moneter The Fed bulan September.

"Dengan inflasi yang kuat dan pemulihan pasar tenaga kerja yang diperkirakan berlanjut, ada peluang untuk mengurangi pembelian aset," kata George.

Ia juga lebih senang jika tapering dilakukan lebih cepat ketimbang mundur lagi.

Sementara presiden The Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan mengatakan The Fed seharusnya mengumumkan tapering pada bulan September, dan melakukannya di bulan Oktober atau tidak jauh dari pengumuman, dan diselesaikan dalam waktu 8 bulan.

Komentar-komentar tersebut mengindikasikan tapering akan dilakukan di tahun ini, tetapi pelaku pasar juga menanti pernyataan dari ketua The Fed, Jerome Powell, di simposium Jackson Hole Jumat malam lalu.

Menguatnya isu tapering membuat Bank Indonesia (BI) melakukan stress test dengan menyiapkan sejumlah kebijakan, guna memitigasi adanya tekanan potensi di pasar keuangan tanah air. Hal tersebut diungkapkan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti.

"Ke depan ada risiko rencana kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh The Fed. Kita sepakat akan melakukan stress test simulasi antisipasi tapering," ujarnya dalam rapat bersama Banggar DPR, Rabu (25/8/2021).

Selain risiko tapering tersebut, stress test yang akan dilakukan oleh BI juga untuk mengantisipasi peningkatan varian Delta Covid-19 yang bisa memicu penurunan kepercayaan para investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular