
Bijih Besi Ambrol 40%, Pantas Saja Dolar Australia Nyungsep!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (25/8/2021), setelah menguat tajam dalam 2 hari sebelumnya. Meski demikian, penguatan tersebut akibat faktor teknikal, sebab sudah nyungsep hingga ke level terendah sejak November 2020.
Pada pukul 12:27 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.427,74 dolar Australia melemah 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam 2 hari sebelumnya, mata uang Negeri Kanguru ini menguat 0,76% dan 0,54%.
Sementara pada Jumat pekan lalu, dolar Australia sempat turun ke Rp 10.258/AU$ yang merupakan level terendah sejak 19 November lalu. Sementara jika dilihat sejak pertengahan April lalu dolar Australia sudah jeblok lebih dari 9%.
Pada pertengahan April, dolar Australia berada di kisaran Rp 11.300/AU$, yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2014. Kini malah berada di level terendah 9 bulan, artinya from hero to zero.
Salah satu pemicunya adalah ambrolnya harga bijih besi hingga 40% sejak Mei lalu. Ekspor utama Australia yakni bijih besi, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor, sehingga ketika harganya yang melesat tentunya akan meningkatkan pendapatan ekspor.
Selain itu, sektor pertambangan juga berkontribusi 10,4% terhadap produk domestik bruto (PDB) Australia, menjadi yang paling besar dibandingkan sektor lainnya.
Di awal tahun ini harga bijih besi terus menanjak hingga berkali memecahkan rekor tertinggi, membuat dolar Australia begitu perkasa. Rekor harga bijih besi US$ 233/ton yang dicapai pada Mei lalu, tetapi kini sudah berada di kisaran US$ 139/ton artinya ambrol sekitar 40%.
Scott Philips, kepala investasi di Motley Fool mengatakan jebloknya harga bijih besi membuat laba perusahaan menurun begitu juga dengan pendapatan negara.
"Pertama, itu (penurunan harga bijih besi) akan melukai lama perusahaan. Kedua, akan menurunkan pendapatan negara, yang pada akhirnya menekan dolar Australia," kata Philips, sebagaimana dilansir Sky News Australia, Selasa (25/8/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
