Balas Dendam! Usai Anjlok, Harga Batu Bara Melesat 1% Lebih

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 August 2021 08:30
Tambang batubara Maules Creek Whitehaven Coal di New South Wales, Australia (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)
Foto: Tambang batubara Maules Creek Whitehaven Coal di New South Wales, Australia (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)

Toby Hassall, Analis Refinitiv, menilai setidaknya ada dua faktor yang membuat harga batu bara bisa tetap dalam tren bullish. Pertama adalah tingginya permintaan, terutama di China.

Bulan lalu, impor batu bara Negeri Tirai Bambu mencapai 30,18 juta ton. Melonjak 15,6% dibandingkan Juli 2020 (year-on-year/yoy).

Kebutuhan batu bara di China meningkat seiring pertumbuhan penggunaan listrik. Pada Juli 2021, pembangkitan listrik di China tumbuh 12,7% dibandingkan Juli 2019. Artinya, kebutuhan listrik sudah berada di atas kondisi sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dalam dua tahun terakhir, pembangkitan listrik rata-rata tumbuh 5,8% setiap tahunnya.

Kedua adalah tingginya harga gas alam. Dalam sepekan terakhir, harga gas alam naik 2,45%.

Ini membuat batu bara menjadi menarik sebagai sumber energi primer pembangkit listrik karena harganya lebih murah. DI Eropa, biaya pembangkitan listrik berbahan bakar gas alam adalah EUR 47,75/MWh pada 16 Agustus 2021. Pada saat yang sama, biaya pembangkitan berbahan bakar batu bara hanya EUR 40,24/MWh.

"Saat biaya pembangkitan listrik dengan gas alam lebih mahal, batu bara menjadi lebih kompetitif. Ini akan meningkatkan permintaan terhadap batu bara," tulis Hassall dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular