Saham Bank Mini Dibanting Bolak-balik, Hari Ini ARB Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 2 triliun-Rp 5 triliun) ambles pada awal perdagangan hari ini, Rabu (18/8/2021). Beberapa di antaranya anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% dan menjadi top losers.
Para investor tampaknya masih terus melakukan aksi jual saham bank bank mini setelah sekitar 2-3 pekan lalu ramai-ramai cenderung mengoleksi saham tersebut.
Berikut pelemahan sejumlah saham bank mini, pukul 09.15 WIB:
Bank Ina Perdana (BINA), saham -6,99%, ke Rp 3.460/saham
Bank MNC Internasional (BABP), -6,97%, ke Rp 374/saham
Bank Oke Indonesia (DNAR), -6,80%, ke Rp 274/saham
Bank Neo Commerce (BBYB), -6,67%, ke Rp 1.330/saham
Bank IBK Indonesia (AGRS), -6,57%, ke Rp 256/saham
Bank Bumi Arta (BNBA), -5,16%, ke Rp 1.010/saham
Bank Ganesha (BGTG), -5,00%, ke Rp 228/saham
Bank Jago (ARTO), -2,98%, ke Rp 16.300/saham
Bank Victoria International (BVIC), -2,48%, ke Rp 157/saham
Bank Bisnis Internasional (BBSI), -2,11%, ke Rp 5.800/saham
Bank Maspion Indonesia (BMAS), -1,54%, ke Rp 1.275/saham
Bank Artha Graha Internasional (INPC), -1,29%, ke Rp 153/saham
Bank Mestika Dharma (BBMD), -0,63%, ke Rp 1.580/saham
Bank Aladin Syariah (BANK), -0,53%, ke Rp 3.730/saham
Menurut data di atas, dari 13 saham yang diamati, 5 saham bank mini menyentuh ARB, yakni saham Grup Salim BINA, saham Grup MNC BABP, DNAR, dan emiten yang dikuasai fintech Akulaku BBYB, dan bank yang dikendalikan Industrial Bank of Korea AGRS.
Saham BINA menjadi yang paling anjlok 6,99% ke Rp 3.460/saham. Dengan ini, saham BINA sudah terbenam di zona merah selama 4 hari beruntun. Alhasil, dalam sepekan saham ini merosot 17,22%.
Di posisi kedua, saham BABP terjungkal sedalam 6,97% ke Rp 374/saham hingga menjadi top losers. Ini membuat saham BABP sudah 7 hari ambles, dengan 6 di antaranya menyentuh ARB. Dalam sepekan terakhir saham ini tergerus 30,09%, sementara dalam sebulan naik 35,51%.
Bank MNC akan melaksanakan penawaran umum terbatas VIII (PUT VIII) dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue mulai 9 September mendatang.
Dalam aksi korporasi ini BABP akan menerbitkan sebanyak 14,23 miliar saham baru atau sebesar 33,33 persen dari modal, ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah terlaksananya rights issue.
Adapun harga satu saham rights issue berada di rentang Rp 280-Rp 320 per saham. Dengan demikian, total dana yang akan diraup BABP dari rights issue ini sekitar Rp 4 triliun sampai Rp 4,5 triliun.
Seluruh dana hasil rights issue tersebut akan digunakan BABP, di antaranya, untuk memperkuat struktur permodalan bank dan mengembangkan produk MotionBanking.
Dengan rights issue ini, BABP menargetkan akan menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) III (bank dengan modal inti Rp 5 triliun - Rp 30 triliun).
Sentimen positif utama yang turut mengerek kenaikan bank mini sejak beberapa waktu lalu ialah terkait rencana akan segera dirilisnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai bank digital pada pertengahan tahun ini.
Kabar teranyar, peraturan baru mengenai perbankan di Tanah Air ini akan segera dirilis oleh OJK pada pekan ini.
Aturan tersebut akan melingkupi mengenai pengelompokan bank berdasarkan permodalannya hingga pengaturan pendirian bank baru.
Anggota Dewan Komisioner OJK sekaligus Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Heru Kristiana mengungkapkan aturan POJK ini akan segera dirilis, kendati tidak menyebutkan secara spesifik waktunya.
"Minggu ini [dirilis], ditunggu saja," kata Heru kepada CNBC Indonesia, Selasa (17/8/2021).
Aturan ini sebenarnya ditargetkan akan dapat rampung pada pertengahan tahun ini hingga baru akhir dirilis pada Agustus ini.
POJK salah satunya akan mengatur mengenai pengelompokan bank alias Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) akan diganti menjadi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI. Ada 4 kelompok KBMI dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun hingga di atas Rp 70 triliun.
Selain itu juga mengenai pendirian bank baru, termasuk bank yang akan beroperasi penuh secara digital. Adanya peraturan ini untuk mengakomodasi perkembangan industri perbankan yang saat ini mulai beralih pada sistem digital.
Sebelumnya, para investor berspekulasi bahwa saham-saham bank mini di atas akan dicaplok oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)