Kurs Dolar Singapura Terendah 6 Bulan nih! Di Bawah Rp 10.600

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 August 2021 14:02
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (18/8/2021). Baik Singapura maupun Indonesia sama-sama merilis data neraca dagang dalam 2 hari terakhir, keduanya juga sama-sama membukukan pelambatan.

Pada pukul 13:26 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.568,17, dolar Singapura menguat 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Meski menguat, dolar Singapura masih berada di level terendah dalam 6 bulan terakhir.

Kemarin, Singapura melaporkan ekspor non-minyak mentah naik 12,7% di bulan Juli dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari konsensus di Trading Economic sebesar 12%, tetapi melambat dari bulan sebelumnya 15,9%.

Sementara jika dilihat dari bulan sebelumnya, ekspor non-minyak turun 0,9%. Artinya, terjadi penurunan nilai ekspor di bulan Juli, yang menjadi indikasi perlambatan permintaan global. Hal tersebut menjadi sinyal melambatnya perekonomian global akibat penyebaran virus corona varian delta.

Ekspor merupakan motor penggerak perekonomian. Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai pulih, maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.

Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 17,7 miliar. Naik 29,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan Juni 2021 yang mencapai 54,46% yoy.

Meski melambat, realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekspor di 29,9% yoy. Sedangkan konsensus versi Reuters ada di 30,2% yoy.

Sementara nilai impor dilaporkan sebesar US$ 15,11 miliar, tumbuh 44,44% yoy.

Meski tumbuh tinggi, tetapi nilai impor lebih rendah dibandingkan ekspor yang sebesar US$ 17,7 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$ 2,59 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor tumbuh 52,9% yoy dan neraca perdagangan surplus US$ 2,24 miliar. Sedangkan konsensus versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan impor 52,15% yoy dan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2,27 miliar.

Pertumbuhan impor yang lebih rendah dari konsensus tersebut menunjukkan dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal Juli. Kabar baiknya, pemerintah memang kembali melonggarkan PPKM level 4 yang diperpanjang hingga 23 Agustus mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular