BUMN Ini Garap Transaksi Karbon via Blockchain, Berapa Duit?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
12 August 2021 11:43
HUT BUMN (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan BUMN kliring perdagangan futures, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI mengungkapkan akan memanfaatkan teknologi blockchain (semacam buku besar digital) pada ekosistem perdagangan karbon di Indonesia.

Teknologi ini digunakan untuk menjamin tidak terjadinya pencatatan ganda dalam prosesnya.

Namun demikian, perusahaan tak menyebut berapa besar investasi yang dikeluarkan untuk menyediakan fasilitas ini. Sebelumnya teknologi yang sama telah digunakan dalam aplikasi pusat registrasi resi gudang KBI.

Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi mengatakan teknologi blockchain memberikan kepastian keamanan kepada pihak yang melakukan transaksi ini.

"Dengan memanfaatkan teknologi Blockchain pada ekosistem perdagangan karbon, hal ini akan dapat memberikan jaminan keamanan atas pencatatan kredit karbon dan akan memastikan tidak terjadinya double accounting dalam proses pencatatannya," kata Fajar dalam siaran persnya, Kamis (12/8/2021).

Adapun perdagangan komoditas karbon merupakan jual beli sertifikat yang diberikan kepada negara yang berhasil mengurangi emisi karbon.

Perdagangan karbon pada prinsipnya sama dengan transaksi di perdagangan komoditas yang ada saat ini, yang berbeda adalah komoditasnya, yaitu emisi karbon.

Emisi karbon yang bisa diperdagangkan adalah karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrat Oksida (N2O), Hidrofluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (PFCs) serta Sulfur Heksafluorida (SF6).

Dalam perdagangannya, satu unit kredit karbon biasanya setara dengan penurunan 1 ton karbon dioksida.

Fajar mengungkapkan bahwa perusahaan memastikan bahwa proses kegiatan kliring yang berjalan telah sesuai dengan regulasi yang ada.

"Selain itu, dalam hal pengembangan teknologi, ke depan kami juga akan terus menyempurnakan dan mengembangkan teknologi yang diperlukan untuk kegiatan kliring tersebut," lanjutnya.

Head Ecoframework Dept PT Sucofindo (Persero) Budi Utomo mengungkapkan peran lembaga kliring dalam perdagangan karbon dibutuhkan untuk mendukung skema transaksi perdagangannya.

"Lembaga Kliring yang memiliki teknologi yang berbasis blockchain, akan mampu memberikan keamanan bertransaksi serta menjamin integritas agregasi emisi selama transaksi kredit berlangsung oleh pelaku," katanya.

"Selain itu, lembaga kliring yang mengadopsi teknologi ini akan mampu mendukung konsistensi dalam menerapkan prinsip clarity, transparency dan understanding (CTU) dalam registry karbon sehingga mampu mengeliminasi double accounting atau double claim," jelasnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kliring Berjangka Siapkan Teknologi Blockchain, Untuk Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular