
Bandar Ambil Untung, Saham Bank Mini Babak Belur Kena ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat menghijau sesaat, saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 2 triliun-Rp 5 triliun), berbalik arah terkoreksiĀ ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Selasa (10/8/2021).
Investor kakap yang menjadi 'bandar' tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah saham-saham tersebut cenderung melesat pada beberapa perdagangan sebelumnya.
Berikut pergerakan saham bank mini, pukul 09.22 WIB:
Bank Bisnis Internasional (BBSI), saham -6,93%, ke Rp 6.375
Bank Oke Indonesia (DNAR), -6,73%, ke Rp 388
Bank MNC Internasional (BABP), -6,14%, ke Rp 535
Bank Ganesha (BGTG), -5,06%, ke Rp 300
Bank IBK Indonesia (AGRS), -5,06%, ke Rp 300
Bank Artha Graha Internasional (INPC), -4,41%, ke Rp 195
Bank Ina Perdana (BINA), -4,06%, ke Rp 4.250
Bank Capital Indonesia (BACA), -3,85%, ke Rp 500
Bank Bumi Arta (BNBA), -3,29%, ke Rp 1.470
Bank Aladin Syariah (BANK), -3,12%, ke Rp 3.720
Bank QNB Indonesia (BKSW), -3,09%, ke Rp 314
Bank Jago (ARTO), -2,94%, ke Rp 15.700
Bank Amar Indonesia (AMAR), -2,79%, ke Rp 348
Bank Neo Commerce (BBYB), -2,54%, ke Rp 1.535
Bank Maspion Indonesia (BMAS), -2,28%, ke Rp 1.500
Bank Victoria International (BVIC), -1,92%, ke Rp 204
Allo Bank Indonesia (BBHI), -1,82%, ke Rp 2.700
Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +3,63%, ke Rp 1.000
Dari data di atas, dari 18 saham yang diamati, 17 saham melemah, dan hanya saham menguat.
Saham bank yang sebagian sahamnya dimiliki FinAccel, pengelola startup financial technology (fintech) Kredivo, BBSI, menjadi yang paling anjlok dengan ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARA) 6,93% ke Rp 6.375/saham, melanjutkan koreksi pada dua hari sebelumnya.
Sebelum ambles, saham BBSI sempat mencatatkan reli kenaikan selama 6 hari beruntun. Dalam sepekan, saham ini masih melesat 15,91%, sementara dalam sebulan melejit 77,08%.
Kabar teranyar, BBSI akan melakukan penerbitan saham baru dengan skema memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue untuk yang kedua kalinya (Penawaran Umum Terbatas/PUT II).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BBSI diwakili oleh Presiden Direktur BBSI Laniwati Tjandra mengatakan perseroan berencana untuk melakukan PUT II dengan jumlah sebanyak-banyaknya 434.782.609 saham dengan nilai nominal Rp 100/saham. Jumlah itu setara dengan 14,37% dari modal disetor perseroan.
Dana hasil rights issue ini seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan demi memenuhi ketentuan modal inti OJK dan sebagai tambahan modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Adapun, FinAccel bakal menjadi perusahaan terbuka dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Amerika Serikat (AS), lewat merger dengan VPC Impact Acquisition Holdings II, sebuah perusahaan cangkang (SPAC) yang terdaftar di bursa Nasdaq, AS.
Saham bank DNAR juga terjungkal hingga ARB, yakni mencapai 6,73% ke Rp 388/saham, setelah melesat pada dua perdagangan sebelumnya. Kendati melemah, saham DNAR masih melesat 41,61% dalam sepekan dan melonjak 67,24% dalam sebulan terakhir.
Di posisi ketiga ada saham Grup MNC, BABP, yang merosot 6,14%, setelah kemarin saham ini juga menyentuh batas ARB 6,56%. Tampaknya investor masih melakukan aksi profit taking setelah sepanjang pekan lalu saham ini melesat di zona hijau. Dalam sepekan saham ini naik 12,60%.
Sentimen positif utama yang turut mengerek kenaikan bank mini sejak beberapa lalu ialah terkait rencana akan segera dirilisnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai bank digital pada pertengahan tahun ini.
Kabar teranyar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan perkembangan mengenai Peraturan OJK baru mengenai Bank Umum masih dalam harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM.
"Masih harmonisasi dengan Kemenkumham," kata Sekar kepada CNBC Indonesia, Senin (19/7).
Adapun POJK salah satunya akan mengatur mengenai pendirian bank baru, termasuk bank yang akan beroperasi penuh secara digital. Adanya peraturan ini untuk mengakomodasi perkembangan industri perbankan yang saat ini mulai beralih pada sistem digital.
Sebelumnya, para investor berspekulasi bahwa saham-saham bank mini di atas akan dicaplok oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah